Entertainment 30 Jun 2025, 01:58

Sejarah Tanggal 30 Maret Jadi Hari Film Nasional - KOMPAS.com

Sejarah Tanggal 30 Maret Jadi Hari Film Nasional, Mengenang Karya Usmar Ismail 'Darah dan Doa' JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tanggal 30 Maret, Indonesia memperingati Hari Film Nasional. Penetapan tangg...

Sejarah Tanggal 30 Maret Jadi Hari Film Nasional, Mengenang Karya Usmar Ismail 'Darah dan Doa'

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tanggal 30 Maret, Indonesia memperingati Hari Film Nasional. Penetapan tanggal ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk menghormati tonggak sejarah perfilman Indonesia, yaitu hari pertama syuting film "Darah dan Doa" pada 30 Maret 1950. Film ini diproduksi oleh Usmar Ismail, yang dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia.

"Darah dan Doa": Film Cerita Pertama Produksi Indonesia

"Darah dan Doa" menjadi film cerita pertama yang sepenuhnya digarap oleh orang dan perusahaan Indonesia. Film berdurasi 128 menit ini merupakan produksi perdana dari Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini), perusahaan film yang didirikan oleh Usmar Ismail melalui usaha patungan dengan bank nasional.

Penetapan Hari Film Nasional

Momentum bersejarah ini menjadi landasan bagi penetapan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Keputusan ini diresmikan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 25 Tahun 1999 pada tanggal 29 Maret 1999, yang ditandatangani oleh Presiden B.J. Habibie.

Penetapan Hari Film Nasional bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan perfilman Indonesia. Diharapkan, hal ini dapat mendorong peningkatan prestasi dan mengangkat derajat film Indonesia di kancah nasional maupun internasional.

Sinopsis Film "Darah dan Doa"

Film "Darah dan Doa" dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama pada masanya, seperti Del Juzar, Aedy Moward, dan Farida. Del Juzar memerankan tokoh Kapten Sudarto, seorang prajurit Siliwangi, sementara Aedy Moward berperan sebagai Sersan Mula.

Film ini berfokus pada kehidupan Kapten Sudarto, seorang pejuang revolusi yang digambarkan sebagai manusia biasa dengan segala kompleksitasnya. Cerita film ini mengisahkan perjalanan Kapten Sudarto dari Yogyakarta menuju Jawa Barat. Dalam perjalanannya, ia harus bergulat dengan godaan dua orang gadis, meskipun ia telah memiliki seorang istri.

Peringatan Hari Film Nasional ke-72

Pada peringatan Hari Film Nasional ke-72 ini, dia.lo.gue artspace menggelar pameran bertajuk "Boeng Usmar Ismail: dalam Sinema Indonesia". Pameran ini bertujuan untuk mengenang dan menghormati jasa Usmar Ismail dalam memajukan perfilman Indonesia.

"Setelah #namakupram, dia.lo.gue artspace kembali menghidangkan satoe tjerita sedjarah tentang seorang pedjoang film Indonesia jang terhormat dan termasjur di masanja!" tulis akun Instagram @dialogue_arts.

Pameran ini berlangsung mulai tanggal 28 Maret hingga 28 April 2022 dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Masyarakat dapat mengunjungi pameran ini untuk lebih mengenal sosok Usmar Ismail dan kontribusinya bagi dunia perfilman Indonesia.

Menghargai Sejarah, Memajukan Perfilman Indonesia

Peringatan Hari Film Nasional setiap tahunnya menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang perfilman Indonesia. Dengan menghargai sejarah dan jasa para tokoh perfilman, diharapkan dapat memacu semangat para sineas muda untuk terus berkarya dan menghasilkan film-film berkualitas yang membanggakan bangsa.

Sumber: entertainment.kompas.com