Rupiah Menguat terhadap Dolar AS Hari Ini 4 Juli 2025, Pasar Khawatir Tarif Dagang
Rupiah Menguat terhadap Dolar AS Hari Ini, Pasar Khawatir Tarif Dagang Jakarta - Nilai tukar Rupiah kembali menunjukkan tren positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, 4 Juli...
Rupiah Menguat terhadap Dolar AS Hari Ini, Pasar Khawatir Tarif Dagang
Jakarta - Nilai tukar Rupiah kembali menunjukkan tren positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, 4 Juli 2025. Penguatan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi penerapan tarif perdagangan oleh AS.
Rupiah ditutup menguat 10 poin terhadap dolar AS (USD), meskipun sempat melemah 30 poin di level 16.185 dari penutupan sebelumnya di level 16.195. Fluktuasi ini mencerminkan sentimen pasar yang bergejolak akibat isu global dan domestik.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pergerakan Rupiah pada hari Senin depan diperkirakan akan fluktuatif, dengan rentang antara Rp16.140 hingga Rp16.190. "Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.140 - Rp16.190,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
Kekhawatiran Tarif Dagang AS Mendorong Penguatan Rupiah
Penguatan Rupiah terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap rencana Amerika Serikat untuk memberlakukan tarif perdagangan. Presiden Donald Trump dikabarkan akan mengirimkan surat terkait tarif yang direncanakannya kepada ekonomi utama. Langkah ini berpotensi mengganggu perdagangan global dan memberikan tekanan pada negara-negara dengan orientasi ekspor, termasuk di Asia.
"Tarif tersebut, jika diberlakukan dalam skala penuh, akan mengganggu perdagangan global dan menekan ekonomi berorientasi ekspor utama di Asia,” jelas Ibrahim.
Selain isu tarif, pasar juga menyoroti defisit fiskal AS yang semakin besar setelah Kongres menyetujui RUU pemotongan pajak. RUU tersebut diperkirakan akan menambah utang nasional AS sebesar USD 3,4 triliun.
Tiongkok Tinjau Lisensi Ekspor Tanah Jarang
Di sisi lain, Tiongkok mengisyaratkan sedang meninjau lisensi ekspor untuk perusahaan tanah jarang domestik sebagai respons terhadap pencabutan kendali ekspor chip oleh AS. Langkah ini semakin menambah kompleksitas dalam dinamika perdagangan global.
Sinyal Pemangkasan Suku Bunga Acuan dari Bank Indonesia
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) setelah sebelumnya menurunkan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari dan Mei 2025 hingga ke level 5,50 persen.
Ibrahim melihat bahwa BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan, sejalan dengan proyeksi inflasi yang tetap rendah. "Terbukanya ruang pemangkasan BI-Rate juga dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
BI juga menunjukkan komitmen dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar offshore non-delivery forward (NDF) maupun intervensi pada transaksi spot dan domestic non-delivery forward (DNDF).
BI Tambah Likuiditas dan Beli SBN dari Pasar Sekunder
Sebagai bagian dari kebijakan moneter, BI terus menambah likuiditas, termasuk melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder. Hingga 26 Juni 2025, bank sentral telah membeli SBN dari pasar sekunder sebesar Rp 132,9 triliun. Langkah ini diharapkan dapat membantu kebijakan fiskal pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, BI juga memperlonggar kebijakan makroprudensial, baik rasio pendanaan luar negeri (RPLN) maupun rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM), serta terus mendorong perbankan agar menurunkan suku bunga.
Kesimpulan
Penguatan Rupiah terhadap dolar AS pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar yang kompleks, termasuk kekhawatiran terhadap tarif perdagangan AS, defisit fiskal, dan dinamika kebijakan moneter dalam negeri. Langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mendorong pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi Rupiah di masa mendatang. Pasar akan terus memantau perkembangan isu global dan domestik untuk mengantisipasi pergerakan Rupiah selanjutnya.
Sumber: liputan6.com