Ekonomi & Bisnis 16 Jun 2025, 01:02

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat di Level 16.502 per Dolar AS

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat di Level Rp 16.502 per Dolar AS JAKARTA, TEMPO.CO - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan tipis pada penutupan perdagangan Kamis,...

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat di Level Rp 16.502 per Dolar AS

JAKARTA, TEMPO.CO - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan tipis pada penutupan perdagangan Kamis, 8 Mei 2025. Rupiah ditutup pada level Rp 16.502 per dolar AS, menguat 34 poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di angka Rp 16.535 per dolar AS.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa pergerakan rupiah akan fluktuatif pada perdagangan esok hari. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 16.490 - 16.550 per dolar AS," ujarnya dalam analisis rutin yang dirilis pada Kamis, 8 Mei 2025.

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga mencatat penguatan rupiah menjadi Rp 16.497 per dolar AS. Angka ini lebih baik dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.533 per dolar AS.

Ibrahim menjelaskan bahwa sentimen global turut memengaruhi pergerakan kurs rupiah. Salah satu faktor utama adalah keputusan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan. Pada Rabu, 7 Mei 2025 waktu AS, para pejabat The Fed secara bulat sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen. Tingkat suku bunga acuan ini telah bertahan sejak Desember 2024.

Selain kebijakan The Fed, pasar juga menantikan pertemuan antara Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dengan pejabat ekonomi tertinggi China pada 10 Mei 2025 di Swiss. Pertemuan ini bertujuan untuk melakukan negosiasi terkait perang dagang yang telah memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi global. Sebagai dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, setiap gangguan dari sengketa perdagangan antara AS dan China berpotensi menurunkan pertumbuhan konsumsi minyak mentah.

Dari sisi domestik, Ibrahim menyoroti penurunan cadangan devisa Indonesia sebagai faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada April 2025 mencapai US$ 152,5 miliar. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan posisi pada Maret 2025 yang sebesar US$ 157,1 miliar.

Penurunan cadangan devisa ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Kebijakan ini merupakan respons BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang semakin tinggi.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan bahwa realisasi impor bawang putih terkendala oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan tingginya harga beli. Kondisi ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah dapat berdampak langsung pada sektor perdagangan dan ketersediaan komoditas penting.

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, pergerakan nilai tukar rupiah masih akan terus menjadi perhatian utama para pelaku pasar dan pengambil kebijakan. Langkah-langkah antisipatif dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks.

Sumber: tempo.co