Raisa Umumkan Tur Konser 'Kembali' ke 10 Kota di Indonesia pada Akhir Tahun 2025
Terjebak Cinta di Kelab Malam Jepang, Dokter Dipaksa Jadi Pekerja Seks Gara-Gara Utang Rp 2,6 Miliar TOKYO, JEPANG - Seorang dokter dan ibu dua anak di Jepang, yang menggunakan nama samaran Yu (41), m...
Terjebak Cinta di Kelab Malam Jepang, Dokter Dipaksa Jadi Pekerja Seks Gara-Gara Utang Rp 2,6 Miliar
TOKYO, JEPANG - Seorang dokter dan ibu dua anak di Jepang, yang menggunakan nama samaran Yu (41), mengalami pengalaman pahit setelah terjerat cinta dengan seorang host muda di sebuah kelab malam (host club) di distrik lampu merah Kabukicho, Tokyo. Alih-alih menemukan cinta, Yu justru terjerat utang sebesar 25 juta yen (sekitar Rp 2,6 miliar) dan dipaksa menjadi pekerja seks untuk melunasinya. Kisah ini menjadi sorotan di tengah meningkatnya kasus eksploitasi di kelab malam Jepang yang menargetkan wanita kesepian.
Mengutip CNN, Kamis (13/6/2024), Yu pertama kali mengunjungi kelab malam tersebut karena terpesona oleh seorang host muda yang telah lama ia ikuti secara online. Pertemuan pertama mereka di sebuah malam dingin pada bulan Januari tahun lalu, diiringi sampanye dan obrolan, membuat Yu jatuh cinta.
"Dia berkata, 'Kamu adalah pacarku,' Saya mempercayainya," ujar Yu, mengenang bagaimana host tersebut menghujaninya dengan perhatian dan hadiah-hadiah kecil, bahkan berjanji untuk membelikan cincin.
Namun, kebahagiaan Yu tidak berlangsung lama. Host tersebut mendorongnya untuk terus meningkatkan layanan bar, yang dengan cepat membuat tagihannya membengkak tak terkendali. Ketika uangnya habis, segalanya berubah drastis. Yu tidak memiliki cara lain untuk membayar utang bar yang mencapai Rp 2,6 miliar, selain dengan bekerja sebagai pekerja seks.
Kasus yang dialami Yu bukanlah kasus tunggal. Menurut para ahli, ada ratusan wanita lain yang juga dipaksa menjual tubuh mereka setelah sering mengunjungi kelab malam di Jepang. Distrik Kabukicho di Tokyo saja memiliki lebih dari 300 kelab malam yang menawarkan persahabatan kepada wanita kesepian. Meskipun tidak semua host mengeksploitasi klien, pihak berwenang mengatakan bahwa beberapa kelab terkait dengan kejahatan terorganisir.
Para aktivis mengkritik regulasi yang longgar terhadap industri ini, yang memungkinkan pelecehan semakin merajalela. Saat ini, siapa pun yang berusia di atas 18 tahun dapat memasuki kelab malam. Upaya anggota parlemen untuk memperkenalkan perlindungan yang lebih kuat sejauh ini belum berhasil.
Menurut para aktivis, kasus-kasus utang ekstrem, eksploitasi, dan perdagangan seks melonjak setelah pembatasan Covid-19 dicabut pada tahun 2023. Banyak wanita yang mengunjungi kelab malam setelah mengalami isolasi dan penutupan bisnis selama pandemi.
Tahun lalu, polisi Tokyo menangkap 140 orang atas dugaan prostitusi di Kabukicho. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari mereka yang ditahan, 40% mengatakan bahwa mereka terpaksa meminta bayaran untuk melunasi utang di kelab malam.
Menanggapi meningkatnya kasus eksploitasi, pihak berwenang telah membuka saluran bantuan untuk para korban dan menangkap pemilik tempat hiburan yang diduga memaksa pelanggan yang terlilit utang untuk melakukan pekerjaan seks. Pada bulan Desember, polisi Tokyo memeriksa 176 kelab malam di Kabukicho dan menemukan pelanggaran peraturan di 75% tempat, terutama terkait dengan harga alkohol yang tidak ditampilkan dengan jelas dan menu yang tersembunyi.
Kisah Yu menjadi peringatan bagi para wanita yang mencari hiburan dan cinta di kelab malam Jepang. Pemerintah dan pihak berwenang perlu mengambil tindakan tegas untuk mengatur industri ini dan melindungi para wanita dari eksploitasi.
Sumber: hot.detik.com