Sosial & Budaya 17 Jun 2025, 05:09

Peneliti UI Temukan Cara Lestarikan Kain Batik dengan Teknologi Nano, Tingkatkan Daya Saing di Pasar Global

Peneliti UI Temukan Cara Lestarikan Kain Batik dengan Teknologi Nano, Tingkatkan Daya Saing di Pasar Global DEPOK, [Tanggal Hari Ini] – Tim peneliti dari Universitas Indonesia (UI) berhasil mengembang...

Peneliti UI Temukan Cara Lestarikan Kain Batik dengan Teknologi Nano, Tingkatkan Daya Saing di Pasar Global

DEPOK, [Tanggal Hari Ini] – Tim peneliti dari Universitas Indonesia (UI) berhasil mengembangkan inovasi teknologi nano untuk pelestarian kain batik. Penemuan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan daya tahan batik Indonesia, sehingga lebih kompetitif di pasar global. Inovasi ini menandai langkah maju dalam upaya melestarikan warisan budaya Indonesia melalui pendekatan ilmiah modern.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tantangan yang dihadapi pengrajin batik dalam menjaga kualitas dan ketahanan kain batik terhadap faktor eksternal seperti sinar UV, kelembaban, dan serangan mikroorganisme. Teknologi nano menawarkan solusi dengan memberikan lapisan pelindung pada serat kain batik tanpa mengubah karakteristik estetika dan teksturnya.

Ketua tim peneliti, Dr. [Nama Ketua Peneliti], menjelaskan bahwa teknologi nano yang mereka kembangkan melibatkan penggunaan nanopartikel yang dienkapsulasi dalam larutan khusus. Larutan ini kemudian diaplikasikan pada kain batik melalui proses perendaman atau penyemprotan. Nanopartikel akan menembus serat kain dan membentuk lapisan pelindung yang sangat tipis, namun efektif.

"Lapisan nano ini berfungsi untuk melindungi warna batik dari paparan sinar UV yang dapat menyebabkan pemudaran. Selain itu, lapisan ini juga bersifat hidrofobik, sehingga kain batik menjadi lebih tahan terhadap air dan noda," jelas Dr. [Nama Ketua Peneliti] dalam keterangan persnya.

Lebih lanjut, Dr. [Nama Ketua Peneliti] menambahkan bahwa teknologi nano ini juga memiliki sifat antimikroba. Hal ini sangat penting untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat merusak kain batik, terutama dalam kondisi penyimpanan yang lembab.

Proses pengembangan teknologi nano ini melibatkan serangkaian penelitian dan pengujian laboratorium yang ketat. Tim peneliti UI bekerja sama dengan beberapa pengrajin batik lokal untuk menguji efektivitas teknologi ini dalam skala produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa kain batik yang dilapisi dengan teknologi nano memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap pencucian, sinar UV, dan serangan mikroorganisme.

Inovasi ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Pengrajin Batik Indonesia (AKBI). Menurut Ketua AKBI, Bapak/Ibu [Nama Ketua AKBI], teknologi nano ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan daya saing batik Indonesia di pasar global.

"Selama ini, salah satu kendala yang dihadapi pengrajin batik adalah kualitas dan ketahanan kain yang kurang optimal. Dengan adanya teknologi nano ini, kami berharap batik Indonesia dapat bersaing dengan produk tekstil lain yang memiliki kualitas lebih baik," ujar Bapak/Ibu [Nama Ketua AKBI].

Kementerian Perindustrian juga menyatakan dukungannya terhadap pengembangan teknologi nano untuk pelestarian kain batik. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA), Ibu/Bapak [Nama Dirjen IKMA], mengungkapkan bahwa pihaknya akan memberikan fasilitas dan dukungan kepada pengrajin batik yang ingin mengadopsi teknologi ini.

"Kami menyadari pentingnya inovasi dalam mengembangkan industri batik Indonesia. Oleh karena itu, kami akan terus mendukung penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas dan daya saing produk batik," kata Ibu/Bapak [Nama Dirjen IKMA].

Saat ini, tim peneliti UI sedang melakukan proses paten terhadap teknologi nano yang mereka kembangkan. Mereka juga berencana untuk melakukan transfer teknologi kepada pengrajin batik melalui pelatihan dan pendampingan. Diharapkan, teknologi ini dapat segera diimplementasikan secara luas dan memberikan manfaat yang signifikan bagi industri batik Indonesia.

Dengan adanya inovasi ini, diharapkan batik Indonesia tidak hanya menjadi warisan budaya yang dilestarikan, tetapi juga menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar global. Teknologi nano membuka peluang baru bagi pengembangan industri batik yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Inovasi ini membuktikan bahwa kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal dapat menghasilkan solusi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

Sumber: news.detik.com