Sosial & Budaya 18 Jun 2025, 01:51

Pelaku budaya di Banyumas peringati Hari Lahir Pancasila

Pelaku Budaya di Banyumas Gelar Renungan Kebangsaan Peringati Hari Lahir Pancasila Banyumas (ANTARA) - Para pelaku seni dan budaya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar acara renungan dan eksp...

Pelaku Budaya di Banyumas Gelar Renungan Kebangsaan Peringati Hari Lahir Pancasila

Banyumas (ANTARA) - Para pelaku seni dan budaya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar acara renungan dan ekspresi kebudayaan pada Sabtu malam (1/6) di Sanggar Dhalang Nawan, Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng. Acara ini diadakan untuk memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni. Dengan mengusung tema "Merawat Tradisi Menjaga Persatuan Negeri", kegiatan ini bertujuan untuk merefleksikan nilai-nilai Pancasila melalui seni dan budaya.

Peringatan Hari Lahir Pancasila ini diisi dengan berbagai kegiatan ekspresi kebudayaan, termasuk pergelaran karawitan terbatas, pembacaan macapat, dan geguritan. Acara ini menjadi wadah bagi para seniman dan budayawan untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa.

Bambang Barata Aji, penyelenggara acara dan Ketua Yayasan Dhalang Nawan, menjelaskan bahwa seni dan budaya merupakan bagian integral dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia mengatakan bahwa kegiatan serupa telah rutin dilakukan setiap momentum peringatan Hari Kemerdekaan.

"Saya kira sudah beberapa tahun, misalnya setiap momentum peringatan Hari Kemerdekaan, kami memeringatinya dengan acara budaya. Termasuk malam ini, 'kan tanggal 1 Juni yang telah ditetapkan pemerintah sebagai Hari Lahir Pancasila," ujarnya.

Bambang menambahkan bahwa dalam memperingati Hari Lahir Pancasila, ia mengibarkan Bendera Merah Putih di halaman rumahnya tidak hanya pada tanggal 1 Juni, tetapi sejak tanggal 29 Mei. Hal ini dilakukan untuk mengenang sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Sidang tersebut menjadi tonggak penting dalam lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

"Saat itu, Ketua BPUPKI Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat bertanya, kalau mau merdeka, dasarnya apa? Kemudian para pemimpin bangsa rapat selama empat hari, hingga akhirnya muncul beberapa konsep dasar negara," jelas Bambang.

Dari berbagai konsep yang muncul, konsep dasar negara yang diusulkan oleh Ir. Soekarno pada hari terakhir rapat BPUPKI, yaitu Pancasila, dinilai paling relevan. Meskipun demikian, Soekarno menekankan bahwa Pancasila yang diusulkannya masih berupa konsep dan mempersilakan BPUPKI untuk merumuskannya kembali. Kemudian dibentuklah Panitia Sembilan yang diketuai oleh Bung Karno.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menghasilkan naskah rancangan yang akan digunakan untuk pembukaan hukum dasar, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Namun, terjadi perdebatan mengenai tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang dinilai tidak mengakomodasi masyarakat di wilayah Indonesia Timur. Akhirnya, poin pertama yang semula berbunyi "Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Menurut Bambang, perubahan tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin bangsa saat itu benar-benar memikirkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia, tanpa memprioritaskan kepentingan pribadi atau golongan. Semangat inilah yang ingin dihidupkan kembali dan mengingatkan generasi penerus akan niat luhur para pendiri bangsa.

Bambang juga menyoroti kondisi saat ini, di mana para pemangku kepentingan cenderung lebih mengedepankan kepentingan kelompok atau pribadi. Padahal, Bung Karno telah mengingatkan bahwa bangsa ini didirikan untuk semua, satu untuk semua.

"Jadi kegiatan malam ini adalah malam yang reflektif, tidak ramai-ramai, dan kami hanya mengundang teman-teman komunitas seni budaya yang biasa berkegiatan di sini. Kami ingin membawa kembali ke suasana kebangsaan tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, suasana kebangsaan yang saling asah, saling asuh, dan saling asih," tuturnya.

Dalam acara tersebut, komunitas seni budaya menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" 3 stanza dan mendengarkan pembacaan Pancasila dalam dua versi, yaitu versi sesuai konsep yang diusulkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 dan versi dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai yang disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dari Desa Karangnangka yang tenang di kaki Gunung Slamet, Bambang berharap dapat mengingatkan seluruh bangsa Indonesia untuk selalu mengingat jati diri bangsa seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Ia menekankan pentingnya persatuan dan kebersamaan dalam membangun bangsa, serta semangat saling memberi, bukan mengambil.

"Ketika bangsa ini mau didirikan, para pendiri bangsa mengajak kita untuk bersatu, bersama-sama memikirkan. Semangatnya adalah saling memberi, bukan mengambil," pungkasnya.

Sumber: antaranews.com