Opini & Editorial 17 Jun 2025, 00:26

Opini: Urgensi Kebijakan Energi Terbarukan untuk Ketahanan Nasional

Opini: Urgensi Kebijakan Energi Terbarukan untuk Ketahanan Nasional Jakarta, [Tanggal Hari Ini] – Ketergantungan Indonesia pada energi fosil semakin mengkhawatirkan dan mengancam ketahanan energi nasi...

Opini: Urgensi Kebijakan Energi Terbarukan untuk Ketahanan Nasional

Jakarta, [Tanggal Hari Ini] – Ketergantungan Indonesia pada energi fosil semakin mengkhawatirkan dan mengancam ketahanan energi nasional dalam jangka panjang. Desakan untuk beralih ke sumber energi terbarukan (EBT) kini semakin kuat, bukan hanya sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga sebagai strategi vital untuk memperkuat kemandirian energi.

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan potensi EBT yang melimpah, memiliki peluang besar untuk mengembangkan berbagai sumber energi bersih seperti tenaga surya, air, angin, panas bumi, dan biomassa. Namun, pemanfaatan potensi ini masih jauh dari optimal. Kebijakan yang komprehensif dan implementasi yang efektif sangat dibutuhkan untuk mendorong transisi energi yang berkelanjutan.

Mengapa energi terbarukan menjadi krusial bagi ketahanan nasional? Pertama, diversifikasi sumber energi akan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, yang rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan. Ketidakstabilan harga minyak dunia dapat berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia, terutama pada sektor industri dan transportasi.

Kedua, pengembangan EBT akan menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di daerah terpencil, misalnya, tidak hanya menyediakan akses listrik bagi masyarakat, tetapi juga membuka peluang usaha bagi warga setempat.

Ketiga, EBT merupakan solusi untuk mengatasi masalah polusi udara dan perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Dengan beralih ke EBT, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Namun, transisi energi bukanlah perkara mudah. Investasi besar-besaran dibutuhkan untuk membangun infrastruktur EBT, mengembangkan teknologi, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Selain itu, regulasi yang jelas dan insentif yang menarik sangat diperlukan untuk mendorong partisipasi sektor swasta.

Beberapa langkah konkret yang perlu diambil pemerintah antara lain:

  1. Menetapkan target yang ambisius dan realistis untuk pengembangan EBT. Target ini harus didukung oleh peta jalan yang jelas dan terukur, serta mekanisme monitoring dan evaluasi yang efektif.
  2. Memberikan insentif fiskal dan non-fiskal bagi investor EBT. Insentif ini dapat berupa pembebasan pajak, subsidi, atau kemudahan perizinan.
  3. Meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi EBT. Inovasi teknologi akan membantu menurunkan biaya produksi EBT dan meningkatkan efisiensinya.
  4. Memperkuat infrastruktur jaringan listrik untuk menampung energi dari sumber-sumber EBT yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ini termasuk pembangunan smart grid dan sistem penyimpanan energi.
  5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat EBT. Edukasi publik dapat dilakukan melalui kampanye media, program pelatihan, dan demonstrasi teknologi.

Selain itu, sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil sangat penting untuk menciptakan ekosistem EBT yang kondusif. Pemerintah daerah, misalnya, dapat berperan aktif dalam mempromosikan potensi EBT di wilayahnya dan memberikan dukungan kepada pengembang proyek EBT.

Beberapa berita terkait energi dan lingkungan yang relevan menunjukkan urgensi transisi ini:

  • Presiden Prabowo Subianto menuju St. Petersburg, Rusia setelah meninggalkan Singapura. Kerja sama di bidang energi menjadi salah satu agenda yang mungkin dibahas.
  • Tiga perempuan bersepeda dari Bali ke Jakarta mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan.
  • Pertamina International Shipping menanam 600 terumbu karang di Kepulauan Seribu sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan.
  • Proyek Folur membangun sistem pangan berkelanjutan.

Meskipun ada tantangan, potensi EBT Indonesia sangat besar. Dengan komitmen yang kuat dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam pengembangan EBT di kawasan Asia Tenggara dan mencapai ketahanan energi yang berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang masa depan bangsa.

Sumber: republika.co.id