Opini Rocky Gerung: Demokrasi dan Ruang Publik yang Terancam
Opini Rocky Gerung: Demokrasi dan Ruang Publik yang Terancam JAKARTA, [Tanggal Hari Ini] – Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritik pedas terhadap kondisi demokrasi di Indonesia. Dalam...
Opini Rocky Gerung: Demokrasi dan Ruang Publik yang Terancam
JAKARTA, [Tanggal Hari Ini] – Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritik pedas terhadap kondisi demokrasi di Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, ia menyoroti adanya pembatasan ruang publik dan kebebasan berpendapat yang menurutnya semakin mengkhawatirkan.
Kritik terhadap Pembatasan Ruang Publik
Rocky Gerung menilai bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ruang publik untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat semakin menyempit. Hal ini tercermin dari berbagai tindakan pembatasan terhadap kegiatan diskusi, demonstrasi, dan ekspresi seni yang dianggap kritis terhadap pemerintah.
"Demokrasi seharusnya menjamin kebebasan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat, bukan malah membungkamnya," ujar Rocky Gerung dalam sebuah diskusi daring baru-baru ini. Ia menambahkan bahwa pembatasan ruang publik ini tidak hanya merugikan masyarakat sipil, tetapi juga menghambat perkembangan intelektual dan kreativitas bangsa.
Kebebasan Berpendapat yang Terancam
Selain pembatasan ruang publik, Rocky Gerung juga menyoroti adanya ancaman terhadap kebebasan berpendapat. Ia mencontohkan berbagai kasus kriminalisasi terhadap aktivis, jurnalis, dan tokoh masyarakat yang dianggap mengkritik pemerintah.
"Kebebasan berpendapat adalah hak asasi manusia yang dilindungi oleh konstitusi. Namun, kenyataannya, banyak orang yang justru dijerat hukum karena berani menyampaikan pendapatnya," kata Rocky Gerung. Ia menambahkan bahwa tindakan kriminalisasi ini menciptakan iklim ketakutan di masyarakat dan menghambat partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan.
Dampak pada Kualitas Demokrasi
Rocky Gerung memperingatkan bahwa pembatasan ruang publik dan kebebasan berpendapat akan berdampak buruk pada kualitas demokrasi di Indonesia. Ia menilai bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga negara, termasuk mereka yang memiliki pandangan kritis terhadap pemerintah.
"Jika ruang publik terus dibatasi dan kebebasan berpendapat terus diancam, maka demokrasi kita akan kehilangan substansinya," tegas Rocky Gerung. Ia menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan memperjuangkan ruang publik dan kebebasan berpendapat sebagai pilar utama demokrasi.
Respons Pemerintah dan Masyarakat Sipil
Kritik Rocky Gerung ini bukan kali pertama dilontarkan. Sebelumnya, berbagai organisasi masyarakat sipil dan tokoh publik lainnya juga telah menyampaikan keprihatinan serupa terkait kondisi demokrasi di Indonesia. Namun, pemerintah cenderung membantah tudingan adanya pembatasan ruang publik dan kebebasan berpendapat.
Pemerintah berdalih bahwa tindakan pembatasan yang dilakukan semata-mata untuk menjaga ketertiban dan keamanan, serta mencegah penyebaran informasi yang tidak benar atau ujaran kebencian. Namun, kalangan masyarakat sipil menilai bahwa dalih tersebut seringkali digunakan untuk membungkam kritik dan membatasi kebebasan berekspresi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Kondisi demokrasi di Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan. Selain pembatasan ruang publik dan kebebasan berpendapat, polarisasi politik dan disinformasi juga menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan demokrasi.
Namun, di tengah tantangan tersebut, masih ada harapan untuk perbaikan. Partisipasi aktif masyarakat sipil, media yang independen, dan generasi muda yang peduli terhadap isu-isu demokrasi menjadi modal penting untuk menjaga dan memperkuat demokrasi di Indonesia.
Rocky Gerung berharap agar seluruh elemen masyarakat dapat bersatu padu untuk memperjuangkan demokrasi yang lebih berkualitas, di mana ruang publik terbuka lebar dan kebebasan berpendapat dijamin sepenuhnya. "Demokrasi adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita jaga dan perkuat demokrasi demi masa depan Indonesia yang lebih baik," pungkasnya.
Sumber: nasional.tempo.co