Opini & Editorial 21 Jun 2025, 05:02

Opini Republika: Kebijakan Energi Terbarukan, Antara Ambisi dan Realitas

Opini Republika: Kebijakan Energi Terbarukan, Antara Ambisi dan Realitas JAKARTA – Indonesia memiliki ambisi besar dalam pengembangan energi terbarukan (EBT) sebagai bagian dari komitmen global untuk...

Opini Republika: Kebijakan Energi Terbarukan, Antara Ambisi dan Realitas

JAKARTA – Indonesia memiliki ambisi besar dalam pengembangan energi terbarukan (EBT) sebagai bagian dari komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim. Namun, implementasi kebijakan EBT dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Opini ini akan membahas lebih lanjut mengenai tantangan dan peluang dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, serta perlunya kebijakan yang realistis dan implementasi yang efektif untuk mencapai target energi bersih.

Potensi Energi Terbarukan yang Melimpah

Indonesia diberkahi dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar, mulai dari tenaga surya, air, angin, panas bumi, hingga biomassa. Potensi ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa potensi energi surya di Indonesia mencapai lebih dari 200 gigawatt (GW), tenaga air sekitar 75 GW, tenaga angin sekitar 60 GW, dan panas bumi sekitar 29 GW. Namun, pemanfaatan potensi ini masih jauh dari optimal.

Tantangan dalam Pengembangan Energi Terbarukan

Salah satu tantangan utama dalam pengembangan EBT adalah biaya investasi awal yang relatif tinggi. Teknologi EBT, seperti panel surya dan turbin angin, membutuhkan investasi besar di awal, meskipun biaya operasionalnya relatif rendah. Selain itu, pengembangan EBT juga terkendala oleh masalah infrastruktur, regulasi yang belum sepenuhnya mendukung, dan kurangnya sumber daya manusia yang kompeten.

"Pembangunan PLTS di lahan bekas tambang terkendala jaringan," demikian laporan yang dikutip dari salah satu berita. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur yang memadai menjadi kunci dalam pengembangan EBT di berbagai daerah.

Selain itu, ketidakpastian regulasi dan kebijakan juga menjadi hambatan bagi investor. Investor membutuhkan kepastian hukum dan insentif yang jelas untuk berinvestasi dalam proyek-proyek EBT. Tanpa dukungan regulasi yang kuat, pengembangan EBT akan sulit untuk berkembang.

Peluang dan Inisiatif Pemerintah

Meskipun menghadapi tantangan, pengembangan EBT di Indonesia juga memiliki peluang yang besar. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendorong pengembangan EBT, seperti target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.

Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif fiskal dan non-fiskal bagi investor yang berinvestasi dalam proyek-proyek EBT. Beberapa insentif tersebut antara lain adalah pembebasan pajak, pengurangan pajak, dan kemudahan perizinan.

Pertamina NRE juga turut berperan aktif dalam pengembangan EBT di Indonesia. "Pertamina NRE Gandeng Perusahaan Filipina Kembangkan EBT di Indonesia," demikian berita yang dilansir beberapa waktu lalu. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi dengan pihak asing dapat mempercepat pengembangan EBT di Indonesia.

Peran Sektor Swasta dan UMKM

Selain pemerintah, sektor swasta juga memiliki peran penting dalam pengembangan EBT. Banyak perusahaan swasta yang telah berinvestasi dalam proyek-proyek EBT, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm).

UMKM juga dapat berperan dalam pengembangan EBT, terutama dalam penyediaan komponen dan jasa pendukung. IWIP (Indonesia Weda Bay Industrial Park) juga berupaya meningkatkan keterampilan UMKM di Maluku Utara untuk mendukung ekonomi berkelanjutan. "Dorong Ekonomi Berkelanjutan, IWIP Tingkatkan Skill UMKM Maluku Utara," tulis berita yang beredar.

Kebijakan yang Realistis dan Implementasi Efektif

Untuk mencapai target energi bersih, Indonesia membutuhkan kebijakan EBT yang realistis dan implementasi yang efektif. Kebijakan tersebut harus mempertimbangkan kondisi geografis, sosial, dan ekonomi Indonesia. Selain itu, kebijakan tersebut juga harus didukung oleh infrastruktur yang memadai, regulasi yang jelas, dan sumber daya manusia yang kompeten.

Pemerintah perlu memprioritaskan pengembangan EBT di daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik konvensional. Pengembangan EBT di daerah-daerah ini dapat meningkatkan akses listrik bagi masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong inovasi dan pengembangan teknologi EBT yang lebih efisien dan terjangkau. Investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) EBT sangat penting untuk menciptakan solusi energi yang berkelanjutan dan kompetitif.

Kesimpulan

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia adalah sebuah keniscayaan untuk mencapai target energi bersih dan mengurangi emisi karbon. Namun, implementasi kebijakan EBT dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Dengan kebijakan yang realistis, implementasi yang efektif, dan dukungan dari semua pihak, Indonesia dapat memanfaatkan potensi energi terbarukan yang melimpah untuk mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan.

Sumber: news.republika.co.id