Opini: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian Indonesia - Oleh Prof. Dr. Bambang Subianto
Opini: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian Indonesia – Oleh Prof. Dr. Bambang Subianto JAKARTA, 11 Juni 2025 – Perubahan iklim global menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian Indonesia, yang...
Opini: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian Indonesia – Oleh Prof. Dr. Bambang Subianto
JAKARTA, 11 Juni 2025 – Perubahan iklim global menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian Indonesia, yang berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional. Prof. Dr. Bambang Subianto, seorang ahli pertanian terkemuka, mengungkapkan pandangannya mengenai dampak perubahan iklim terhadap pertanian Indonesia dan perlunya langkah adaptasi teknologi.
Dalam analisisnya, Prof. Bambang menyoroti bagaimana perubahan iklim, yang ditandai dengan peningkatan suhu ekstrem, pola curah hujan yang tidak menentu, dan peningkatan frekuensi bencana alam, secara langsung memengaruhi produktivitas pertanian. Risiko gagal panen meningkat akibat kekeringan panjang atau banjir yang merusak tanaman.
"Perubahan iklim bukan lagi isu lingkungan semata, tetapi telah menjadi ancaman nyata bagi ketahanan pangan kita," ujar Prof. Bambang dalam sebuah pernyataan tertulis yang diterima redaksi pada Selasa (11/06/2025). "Jika kita tidak segera mengambil langkah-langkah adaptasi yang tepat, kita akan menghadapi krisis pangan yang serius."
Prof. Bambang menjelaskan bahwa perubahan iklim memengaruhi berbagai aspek pertanian, mulai dari pemilihan bibit, pola tanam, hingga pengelolaan irigasi. Kenaikan suhu dapat memperpendek siklus pertumbuhan tanaman, mengurangi hasil panen, dan meningkatkan serangan hama dan penyakit. Sementara itu, perubahan pola curah hujan yang ekstrem menyebabkan kesulitan dalam perencanaan tanam dan pengelolaan air.
"Petani kita seringkali bergantung pada pengetahuan tradisional mengenai musim tanam. Namun, perubahan iklim telah membuat pengetahuan ini menjadi kurang relevan," jelasnya. "Kita perlu membekali petani dengan informasi dan teknologi yang dapat membantu mereka beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah."
Prof. Bambang menekankan perlunya adopsi teknologi pertanian modern untuk meningkatkan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim. Beberapa teknologi yang direkomendasikannya meliputi:
- Pengembangan varietas tanaman tahan iklim: Penelitian dan pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan, banjir, dan suhu ekstrem menjadi kunci untuk menjaga produktivitas pertanian.
- Sistem irigasi efisien: Penerapan sistem irigasi tetes atau irigasi bawah permukaan dapat mengurangi penggunaan air dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan air untuk pertanian.
- Pengelolaan lahan berkelanjutan: Praktik-praktik pertanian berkelanjutan, seperti konservasi tanah dan air, penggunaan pupuk organik, dan pengendalian hama terpadu, dapat meningkatkan kesehatan tanah dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
- Sistem informasi iklim: Penyediaan informasi iklim yang akurat dan tepat waktu kepada petani dapat membantu mereka dalam perencanaan tanam dan pengelolaan pertanian yang lebih baik.
Selain adopsi teknologi, Prof. Bambang juga menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang mendukung adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim. Kebijakan tersebut meliputi:
- Insentif bagi petani yang mengadopsi teknologi pertanian modern: Pemerintah dapat memberikan insentif, seperti subsidi atau kredit lunak, kepada petani yang bersedia mengadopsi teknologi pertanian modern.
- Pelatihan dan pendampingan bagi petani: Pemerintah perlu menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan bagi petani mengenai praktik-praktik pertanian adaptif terhadap perubahan iklim.
- Pengembangan infrastruktur pertanian: Pembangunan infrastruktur pertanian, seperti bendungan, saluran irigasi, dan jalan pertanian, dapat meningkatkan akses petani terhadap air dan pasar.
- Penguatan kelembagaan pertanian: Pemerintah perlu memperkuat kelembagaan pertanian, seperti kelompok tani dan koperasi, agar dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada petani.
Prof. Bambang juga menyoroti pentingnya kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam upaya adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim. "Kita perlu bekerja sama secara sinergis untuk menghadapi tantangan ini," tegasnya. "Perubahan iklim adalah masalah kita bersama, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk mencari solusinya."
Sebagai penutup, Prof. Bambang mengajak seluruh pihak untuk meningkatkan kesadaran akan dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan mengambil tindakan nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. "Kita harus mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan," katanya. "Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, kita dapat mengurangi dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan menjaga ketahanan pangan kita."
Dengan tindakan adaptasi dan mitigasi yang tepat, Indonesia dapat menjaga sektor pertaniannya tetap produktif dan berdaya saing di tengah perubahan iklim. Ketahanan pangan nasional adalah prioritas utama, dan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim adalah investasi penting untuk masa depan.
Sumber: republika.co.id