Menakar Dampak Implementasi AI pada Sektor Pendidikan: Opini Rektor UI
Menakar Dampak Implementasi AI pada Sektor Pendidikan: Opini Rektor UI Jakarta, 10 Juni 2025 – Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Arya Priyanto, menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi da...
Menakar Dampak Implementasi AI pada Sektor Pendidikan: Opini Rektor UI
Jakarta, 10 Juni 2025 – Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Arya Priyanto, menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam dunia pendidikan tinggi di era kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah diskusi yang digelar di Kampus UI Depok pada Senin (9/6/2025), Prof. Arya membahas potensi serta tantangan yang dihadapi sektor pendidikan dengan semakin masifnya penggunaan AI.
Menurutnya, AI menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, personalisasi pendidikan, dan efisiensi administrasi. Namun, ia juga mengingatkan akan risiko yang mungkin timbul jika implementasi AI tidak diiringi dengan persiapan yang matang.
"AI memiliki potensi mengubah cara kita belajar dan mengajar. Kita harus siap untuk mengadopsi teknologi ini, tetapi juga harus berhati-hati terhadap dampaknya," ujar Prof. Arya.
Salah satu poin utama yang ditekankan adalah perlunya adaptasi kurikulum. Prof. Arya berpendapat bahwa kurikulum yang ada saat ini perlu ditinjau ulang dan disesuaikan agar relevan dengan perkembangan AI. Keterampilan yang dibutuhkan di masa depan akan berbeda, dan pendidikan harus mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan tersebut.
"Kurikulum kita harus adaptif. Kita perlu mengajarkan keterampilan yang tidak bisa digantikan oleh AI, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan problem solving," jelasnya.
Selain adaptasi kurikulum, Prof. Arya juga menyoroti pentingnya pelatihan tenaga pengajar. Dosen dan guru perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menggunakan AI dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman tentang teknologi AI, serta cara mengintegrasikannya ke dalam metode pengajaran.
"Tenaga pengajar adalah garda terdepan dalam pendidikan. Mereka harus dilatih agar dapat memanfaatkan AI secara efektif dan bertanggung jawab," katanya.
Prof. Arya juga menyinggung tentang etika penggunaan AI dalam pendidikan. Ia menekankan bahwa AI harus digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan untuk menggantikan peran manusia. Selain itu, ia juga mengingatkan akan pentingnya menjaga privasi dan keamanan data mahasiswa.
"Kita harus memastikan bahwa penggunaan AI dalam pendidikan dilakukan secara etis dan bertanggung jawab. Privasi dan keamanan data mahasiswa harus menjadi prioritas utama," tegasnya.
Diskusi tersebut juga menyoroti beberapa contoh konkret implementasi AI dalam pendidikan. Beberapa universitas telah mulai menggunakan AI untuk memberikan umpan balik otomatis kepada mahasiswa, mempersonalisasi materi pembelajaran, dan mengidentifikasi mahasiswa yang berisiko gagal.
Namun, implementasi AI juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah biaya. Teknologi AI seringkali mahal, dan tidak semua lembaga pendidikan memiliki sumber daya yang cukup untuk mengadopsinya. Selain itu, masih ada kekhawatiran tentang bias dalam algoritma AI. Jika data yang digunakan untuk melatih AI tidak representatif, maka AI dapat menghasilkan hasil yang tidak adil atau diskriminatif.
"Kita harus berhati-hati terhadap bias dalam algoritma AI. Kita harus memastikan bahwa AI digunakan untuk meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan, bukan untuk memperburuknya," ujar Prof. Arya.
Sebagai penutup, Prof. Arya mengajak seluruh pemangku kepentingan di sektor pendidikan untuk bersama-sama mempersiapkan diri menghadapi era AI. Ia yakin bahwa dengan persiapan yang matang, AI dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
"AI adalah peluang, bukan ancaman. Mari kita manfaatkan teknologi ini untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang," pungkasnya.
Sumber: news.republika.co.id