Kolom Tokoh: Tantangan dan Peluang Ekonomi Hijau di Era Pasca-Pandemi, oleh Sri Mulyani Indrawati
Kolom Tokoh: Tantangan dan Peluang Ekonomi Hijau di Era Pasca-Pandemi, oleh Sri Mulyani Indrawati Jakarta, CNN Indonesia - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyoroti penting...
Kolom Tokoh: Tantangan dan Peluang Ekonomi Hijau di Era Pasca-Pandemi, oleh Sri Mulyani Indrawati
Jakarta, CNN Indonesia - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyoroti pentingnya transisi menuju ekonomi hijau sebagai fondasi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pasca-pandemi COVID-19. Dalam kolom terbarunya, ia menekankan bahwa investasi berkelanjutan dan kebijakan pro-lingkungan adalah kunci untuk membangun masa depan ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pandemi telah memberikan pelajaran berharga tentang betapa rentannya sistem ekonomi kita terhadap guncangan global. Krisis kesehatan ini juga mempercepat kesadaran akan perlunya perubahan paradigma dalam cara kita berproduksi dan mengkonsumsi. Ekonomi hijau, menurutnya, bukan hanya sekadar tren, tetapi sebuah keharusan untuk menjaga keberlangsungan bumi dan kesejahteraan generasi mendatang.
"Kita harus melihat pemulihan ekonomi pasca-pandemi sebagai momentum untuk melakukan transformasi struktural. Investasi hijau, energi terbarukan, dan efisiensi sumber daya adalah pilar-pilar utama yang harus kita perkuat," tulis Sri Mulyani dalam kolomnya.
Ia juga menyoroti bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi hijau. Kekayaan sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan bonus demografi adalah aset berharga yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, potensi ini hanya dapat diwujudkan jika ada komitmen kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan seluruh lapisan masyarakat.
Tantangan terbesar dalam transisi menuju ekonomi hijau adalah mengubah pola pikir dan perilaku. Sri Mulyani mengakui bahwa masih banyak pelaku ekonomi yang enggan berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan karena dianggap mahal dan berisiko. Selain itu, regulasi yang belum sinkron dan kurangnya insentif juga menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi hijau.
"Kita perlu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi investasi hijau. Pemerintah harus memberikan insentif yang menarik, mempermudah perizinan, dan memastikan regulasi yang jelas dan konsisten," tegas Sri Mulyani.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah strategis, antara lain:
-
Pengembangan Energi Terbarukan: Pemerintah menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan menjadi 23% pada tahun 2025. Berbagai proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), terus dikembangkan di seluruh Indonesia.
-
Efisiensi Energi: Pemerintah mendorong penggunaan teknologi hemat energi di berbagai sektor, termasuk industri, transportasi, dan rumah tangga. Program-program efisiensi energi, seperti audit energi dan pemberian insentif bagi pengguna teknologi hemat energi, terus digalakkan.
-
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan: Pemerintah berupaya meningkatkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk hutan, lahan, dan air. Program-program rehabilitasi hutan dan lahan kritis, serta pengendalian pencemaran air, terus diintensifkan.
-
Pengembangan Transportasi Berkelanjutan: Pemerintah mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan transportasi massal. Berbagai proyek pembangunan transportasi massal, seperti kereta cepat, MRT, dan LRT, terus dikebut.
-
Pengembangan Industri Hijau: Pemerintah berupaya mengembangkan industri hijau yang ramah lingkungan dan efisien sumber daya. Insentif fiskal dan non-fiskal diberikan kepada perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan dan menerapkan praktik produksi bersih.
Sri Mulyani meyakini bahwa transisi menuju ekonomi hijau akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia, antara lain:
-
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan: Ekonomi hijau akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan mendorong inovasi.
-
Ketahanan Ekonomi yang Lebih Tinggi: Ekonomi hijau akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan diversifikasi ekonomi.
-
Kualitas Lingkungan yang Lebih Baik: Ekonomi hijau akan mengurangi polusi udara dan air, serta menjaga kelestarian sumber daya alam.
-
Kesejahteraan Masyarakat yang Lebih Merata: Ekonomi hijau akan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat yang kurang mampu dan meningkatkan akses terhadap layanan dasar.
Sri Mulyani mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan visi ekonomi hijau di Indonesia. Ia menekankan bahwa transisi ini membutuhkan komitmen, kerja keras, dan inovasi dari semua pihak.
"Ekonomi hijau adalah masa depan kita. Mari kita bersama-sama membangun Indonesia yang lebih hijau, lebih sejahtera, dan lebih berkelanjutan," pungkas Sri Mulyani.
Sumber: cnnindonesia.com