Kolom Tokoh: Prof. Arief Rahman Hakim: Pendidikan Karakter Sebagai Benteng Generasi Muda di Era Metaverse
Kolom Tokoh: Prof. Arief Rahman Hakim: Pendidikan Karakter Sebagai Benteng Generasi Muda di Era Metaverse Jakarta, [Tanggal] – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi metaverse, seorang tokoh pendid...
Kolom Tokoh: Prof. Arief Rahman Hakim: Pendidikan Karakter Sebagai Benteng Generasi Muda di Era Metaverse
Jakarta, [Tanggal] – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi metaverse, seorang tokoh pendidikan terkemuka, Prof. Arief Rahman Hakim, menekankan urgensi pendidikan karakter bagi generasi muda Indonesia. Dalam sebuah kolom opini yang dipublikasikan baru-baru ini, Prof. Arief Rahman Hakim menyoroti bagaimana pendidikan karakter yang kuat dapat menjadi benteng bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh era digital yang semakin maju ini.
Prof. Arief Rahman Hakim menjelaskan bahwa metaverse, sebagai ruang virtual yang imersif, menawarkan berbagai kemungkinan baru dalam interaksi sosial, pembelajaran, dan ekonomi. Namun, di sisi lain, metaverse juga membawa risiko seperti disinformasi, perundungan siber, dan potensi degradasi nilai-nilai moral. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi krusial untuk membekali generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis, etika digital, dan resiliensi.
"Pendidikan karakter bukan hanya tentang mengajarkan nilai-nilai moral, tetapi juga tentang menumbuhkan kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah, serta memiliki keberanian untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika," tulis Prof. Arief Rahman Hakim dalam kolomnya.
Lebih lanjut, Prof. Arief Rahman Hakim menguraikan beberapa aspek penting dalam pendidikan karakter yang relevan dengan era metaverse. Pertama, literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi informasi secara kritis di lingkungan digital. Generasi muda perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengenali berita palsu, propaganda, dan konten-konten negatif lainnya yang beredar di metaverse.
Kedua, etika digital, yaitu kesadaran akan norma-norma dan tanggung jawab dalam berinteraksi di ruang digital. Hal ini mencakup menghormati privasi orang lain, menghindari perundungan siber, dan tidak menyebarkan ujaran kebencian. Prof. Arief Rahman Hakim menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai empati dan toleransi dalam interaksi digital.
Ketiga, resiliensi, yaitu kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan tantangan. Di era metaverse yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, resiliensi menjadi modal penting bagi generasi muda untuk menghadapi tekanan, mengatasi kegagalan, dan terus mengembangkan diri.
Prof. Arief Rahman Hakim juga menyoroti peran penting keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membentuk karakter generasi muda. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, kasih sayang, dan tanggung jawab. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal, dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Sementara itu, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter positif melalui berbagai program dan kegiatan sosial.
"Pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan bangsa. Dengan karakter yang kuat, generasi muda Indonesia akan mampu menghadapi tantangan global, memanfaatkan peluang teknologi, dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa," tegas Prof. Arief Rahman Hakim.
Kolom opini Prof. Arief Rahman Hakim ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk para pendidik, praktisi teknologi, dan tokoh masyarakat. Banyak yang sepakat bahwa pendidikan karakter merupakan kunci untuk membangun generasi muda yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi era metaverse.
Sejalan dengan pandangan Prof. Arief Rahman Hakim, berbagai inisiatif untuk memperkuat pendidikan karakter di Indonesia terus digalakkan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Selain itu, berbagai organisasi masyarakat sipil dan lembaga swadaya masyarakat juga aktif dalam menyelenggarakan pelatihan dan kampanye untuk mempromosikan nilai-nilai karakter positif di kalangan generasi muda.
Dengan sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah, diharapkan pendidikan karakter dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi generasi muda Indonesia dalam menghadapi era metaverse dan mewujudkan masa depan yang gemilang.
Sumber: republika.co.id