Kolom Tokoh: Anies Baswedan - Masa Depan Pendidikan Indonesia: Inklusif dan Berkelanjutan
Kolom Tokoh: Anies Baswedan - Masa Depan Pendidikan Indonesia: Inklusif dan Berkelanjutan Jakarta, 17 Juni 2025 – Dalam sebuah kolom opini yang dipublikasikan hari ini, Anies Baswedan, seorang tokoh p...
Kolom Tokoh: Anies Baswedan - Masa Depan Pendidikan Indonesia: Inklusif dan Berkelanjutan
Jakarta, 17 Juni 2025 – Dalam sebuah kolom opini yang dipublikasikan hari ini, Anies Baswedan, seorang tokoh pendidikan dan mantan Gubernur DKI Jakarta, menguraikan visinya tentang masa depan pendidikan Indonesia. Ia menekankan pentingnya inklusivitas dan keberlanjutan sebagai fondasi untuk membangun generasi yang kompeten, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.
Baswedan memulai tulisannya dengan menyoroti perubahan lanskap dunia yang semakin cepat, yang menuntut sistem pendidikan yang adaptif dan responsif. Menurutnya, pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
"Kita tidak bisa lagi mendidik anak-anak kita hanya untuk hari ini. Kita harus mempersiapkan mereka untuk masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dan kompleksitas," tulis Baswedan.
Inklusivitas, menurut Baswedan, berarti memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau geografis, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Ia mengkritik kesenjangan pendidikan yang masih lebar antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok kaya dan miskin.
"Kita harus berani mengambil langkah-langkah afirmasi untuk memastikan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dan daerah terpencil tidak tertinggal," tegasnya.
Baswedan mengusulkan beberapa langkah konkret untuk mewujudkan pendidikan inklusif, termasuk:
- Peningkatan anggaran pendidikan: Memastikan bahwa anggaran pendidikan dialokasikan secara adil dan efisien, dengan fokus pada peningkatan kualitas guru dan fasilitas pendidikan di daerah-daerah yang membutuhkan.
- Program beasiswa dan bantuan pendidikan: Memperluas program beasiswa dan bantuan pendidikan untuk siswa-siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
- Pengembangan kurikulum yang relevan: Mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan tantangan global, serta memasukkan unsur-unsur pendidikan karakter dan kewirausahaan.
- Pemanfaatan teknologi: Memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses pendidikan ke daerah-daerah terpencil dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selain inklusivitas, Baswedan juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi muda untuk menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan dan bertanggung jawab terhadap masa depan bumi.
"Pendidikan tentang perubahan iklim, energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam harus menjadi bagian integral dari kurikulum kita," ujarnya.
Baswedan juga menyoroti pentingnya melibatkan masyarakat dalam pendidikan. Ia mengajak orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan sektor swasta untuk bersama-sama membangun ekosistem pendidikan yang kondusif.
"Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah untuk menyelesaikan semua masalah," katanya.
Di akhir tulisannya, Baswedan menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Namun, ia mengingatkan bahwa hal ini hanya dapat dicapai jika semua pihak bersedia bekerja keras dan berkomitmen untuk mewujudkan visi pendidikan inklusif dan berkelanjutan.
"Masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda kita. Mari kita berikan mereka pendidikan yang terbaik, agar mereka dapat menjadi pemimpin yang cerdas, berkarakter, dan peduli terhadap masa depan bangsa," pungkasnya.
Kolom opini Anies Baswedan ini diharapkan dapat memicu diskusi yang lebih luas tentang arah pendidikan Indonesia di masa depan. Visi inklusif dan berkelanjutan yang ditawarkannya dapat menjadi inspirasi bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk merumuskan kebijakan dan program yang lebih efektif dan relevan.
Sumber: news.republika.co.id