Opini & Editorial 16 Jun 2025, 07:38

Kolom Sri Mulyani: Stabilitas Ekonomi Makro di Tengah Gejolak Global

Kolom Sri Mulyani: Stabilitas Ekonomi Makro di Tengah Gejolak Global JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti pentingnya menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia di tengah ketidakp...

Kolom Sri Mulyani: Stabilitas Ekonomi Makro di Tengah Gejolak Global

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti pentingnya menjaga stabilitas ekonomi makro Indonesia di tengah ketidakpastian global. Dalam kolom terbarunya, Sri Mulyani menguraikan berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang telah dan akan terus ditempuh pemerintah untuk meredam dampak negatif gejolak ekonomi dunia terhadap perekonomian domestik.

"Stabilitas ekonomi makro adalah fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Tanpa stabilitas, investasi akan enggan masuk, konsumsi tertekan, dan kesejahteraan masyarakat terancam," tulis Sri Mulyani dalam kolomnya.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah inflasi global yang masih tinggi, suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara yang terus meningkat, serta ketegangan geopolitik yang berkepanjangan. Kondisi ini, menurutnya, menciptakan ketidakpastian yang signifikan bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah strategis. Di bidang fiskal, pemerintah berupaya menjaga disiplin anggaran dengan mengendalikan defisit dan meningkatkan efisiensi belanja. Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan pendapatan negara melalui reformasi perpajakan dan optimalisasi penerimaan dari sumber daya alam.

"Kebijakan fiskal yang hati-hati dan bertanggung jawab adalah kunci untuk menjaga kepercayaan investor dan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia," tegas Sri Mulyani.

Di bidang moneter, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah preemptif untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI secara bertahap menaikkan suku bunga acuan dan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk meredam tekanan terhadap rupiah.

Sri Mulyani mengakui bahwa kebijakan pengetatan moneter ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun, ia menekankan bahwa menjaga stabilitas harga adalah prioritas utama dalam jangka pendek untuk melindungi daya beli masyarakat dan mencegah terjadinya inflasi yang tidak terkendali.

"Kami memahami bahwa kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Namun, kami percaya bahwa stabilitas harga adalah prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka panjang," jelasnya.

Selain kebijakan fiskal dan moneter, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan daya saing ekonomi melalui reformasi struktural. Reformasi ini meliputi penyederhanaan regulasi, peningkatan investasi di infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan peningkatan iklim investasi.

Sri Mulyani mencontohkan, pemerintah terus mendorong investasi di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, infrastruktur digital, dan industri manufaktur. Investasi ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

"Reformasi struktural adalah kunci untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Kami terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik investasi berkualitas yang dapat menciptakan nilai tambah bagi perekonomian," ujarnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menekankan pentingnya sinergi dan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BI, dan lembaga terkait lainnya dalam menjaga stabilitas ekonomi makro. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkontribusi dalam menjaga stabilitas ekonomi dengan meningkatkan produktivitas, berinvestasi, dan berbelanja secara bijak.

"Stabilitas ekonomi adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita bersatu padu untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia agar kita dapat terus tumbuh dan berkembang menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera," pungkas Sri Mulyani.

Sebagai informasi tambahan, sejumlah analis ekonomi memprediksi bahwa semester II/2024 akan menjadi momentum pemulihan bagi sejumlah sektor industri setelah mengalami tekanan pada paruh pertama tahun ini. Sektor semen, misalnya, diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan seiring dengan meningkatnya aktivitas konstruksi.

Namun, tantangan global masih akan menjadi perhatian utama. Pemerintah dan BI perlu terus memantau perkembangan ekonomi global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah gejolak yang terus berlanjut.

Sumber: ekonomi.bisnis.com