Opini & Editorial 10 Jun 2025, 18:36

Kolom Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Pasca-Pandemi - Peluang dan Tantangan Global

Kolom Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Pasca-Pandemi - Peluang dan Tantangan Global Jakarta, Indonesia – Ekonom senior Faisal Basri baru-baru ini menyampaikan analisis mendalam mengenai prospek ekonomi...

Kolom Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Pasca-Pandemi - Peluang dan Tantangan Global

Jakarta, Indonesia – Ekonom senior Faisal Basri baru-baru ini menyampaikan analisis mendalam mengenai prospek ekonomi Indonesia pasca-pandemi COVID-19. Dalam kolomnya, Faisal menyoroti peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

Faisal Basri menekankan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kemampuan negara untuk melakukan reformasi struktural dan meningkatkan daya saing. Menurutnya, langkah-langkah ini krusial untuk menarik investasi asing langsung (FDI) yang berkualitas, yang akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

"Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh lebih cepat, tetapi kita perlu berani melakukan perubahan mendasar. Reformasi struktural adalah kunci untuk membuka potensi tersebut," tulis Faisal dalam kolomnya.

Salah satu poin utama yang ditekankan oleh Faisal adalah perlunya perbaikan iklim investasi. Ia mengkritik regulasi yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit sebagai hambatan utama bagi investor asing. Menurutnya, pemerintah perlu menyederhanakan proses perizinan dan mengurangi beban regulasi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif.

"Investasi adalah jantung dari pertumbuhan ekonomi. Jika kita ingin menarik investor, kita harus membuat mereka merasa nyaman dan yakin bahwa Indonesia adalah tempat yang aman dan menguntungkan untuk berinvestasi," ujarnya.

Selain itu, Faisal juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ia berpendapat bahwa Indonesia perlu berinvestasi lebih banyak dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam. Kualitas SDM kita adalah aset yang paling berharga. Kita harus memastikan bahwa generasi muda kita memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di pasar kerja global," katanya.

Namun, Faisal juga mengakui bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ia menyoroti ancaman resesi global, inflasi yang tinggi, dan ketegangan geopolitik sebagai faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.

"Kita tidak bisa mengabaikan risiko global. Resesi global dapat mengurangi permintaan ekspor kita, sementara inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat," ujarnya.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Faisal merekomendasikan agar pemerintah mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, seperti pengendalian inflasi, pengelolaan utang yang hati-hati, dan diversifikasi ekspor.

"Kita harus memperkuat fundamental ekonomi kita agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal. Diversifikasi ekspor juga penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional," katanya.

Faisal Basri juga menyoroti pentingnya peran sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa pemerintah perlu menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kewirausahaan, serta memberikan insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan.

"Sektor swasta adalah mesin penggerak inovasi dan pertumbuhan. Pemerintah harus memberikan dukungan yang tepat agar mereka dapat berkembang dan menciptakan lapangan kerja," ujarnya.

Dalam kesimpulannya, Faisal Basri menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia. Namun, ia mengingatkan bahwa potensi ini hanya dapat direalisasikan jika pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

"Masa depan ekonomi Indonesia ada di tangan kita sendiri. Dengan kerja keras, inovasi, dan tekad yang kuat, kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," pungkasnya.

Sumber: cnnindonesia.com