Opini & Editorial 14 Jun 2025, 02:24

Kolom Ekonomi Chatib Basri: Dampak Geopolitik Terhadap Stabilitas Rupiah

Kolom Ekonomi Chatib Basri: Dampak Geopolitik Terhadap Stabilitas Rupiah Jakarta, Indonesia - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik menjadi faktor signifikan yang memengaruhi...

Kolom Ekonomi Chatib Basri: Dampak Geopolitik Terhadap Stabilitas Rupiah

Jakarta, Indonesia - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik menjadi faktor signifikan yang memengaruhi stabilitas nilai tukar Rupiah dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Ekonom terkemuka, Chatib Basri, dalam analisis terbarunya menyoroti bagaimana dinamika geopolitik global berdampak pada Indonesia dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi risiko yang mungkin timbul.

Ketegangan Geopolitik dan Dampaknya pada Rupiah

Chatib Basri menjelaskan bahwa eskalasi konflik di berbagai belahan dunia, seperti perang di Ukraina dan ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, menciptakan ketidakpastian yang mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman (safe haven). "Ketika terjadi ketidakpastian geopolitik, investor cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mengalihkannya ke aset yang dianggap lebih aman seperti Dolar AS atau emas," ujarnya.

Kondisi ini menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah karena permintaan terhadap Dolar AS meningkat sementara pasokan Rupiah berlebih. Pelemahan Rupiah dapat memicu inflasi karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang asing juga akan terbebani karena nilai utang mereka meningkat dalam Rupiah.

Faktor-faktor yang Memperburuk Situasi

Selain ketegangan geopolitik, beberapa faktor lain juga memperburuk situasi Rupiah. Kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mengendalikan inflasi menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia. Investor asing tertarik untuk memarkir dananya di AS karena imbal hasil yang lebih tinggi.

"Kenaikan suku bunga The Fed adalah pedang bermata dua bagi Indonesia. Di satu sisi, kita perlu menaikkan suku bunga untuk menjaga daya tarik investasi. Namun, di sisi lain, kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi," kata Chatib Basri.

Rekomendasi Kebijakan

Untuk mengatasi dampak negatif dari ketegangan geopolitik terhadap Rupiah, Chatib Basri memberikan beberapa rekomendasi kebijakan. Pertama, Bank Indonesia (BI) perlu menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui intervensi pasar yang terukur. Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi volatilitas dan mencegah pelemahan Rupiah yang berlebihan.

Kedua, pemerintah perlu memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan ekspor, mengurangi impor, dan menarik investasi asing langsung (FDI). "Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk ekspor sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu atau dua negara mitra dagang," jelas Chatib Basri.

Ketiga, pemerintah perlu menjaga kredibilitas kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan yang transparan dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan koordinasi dengan BI dan otoritas terkait untuk memastikan stabilitas makroekonomi.

Mitigasi Risiko Jangka Panjang

Selain langkah-langkah jangka pendek, Chatib Basri juga menekankan pentingnya mitigasi risiko jangka panjang. Pemerintah perlu berinvestasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan teknologi untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. "Investasi dalam sumber daya manusia dan inovasi adalah kunci untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif," ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah juga perlu memperkuat diplomasi ekonomi untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara mitra dagang. Diplomasi yang efektif dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan geopolitik dan memanfaatkan peluang ekonomi yang ada.

Kesimpulan

Ketegangan geopolitik global memberikan tantangan yang signifikan bagi stabilitas Rupiah dan perekonomian Indonesia. Namun, dengan kebijakan yang tepat dan koordinasi yang baik antara pemerintah, BI, dan otoritas terkait, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan menjaga stabilitas makroekonomi. Mitigasi risiko jangka panjang melalui investasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan teknologi juga sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sumber: bisnis.tempo.co