Opini & Editorial 18 Jun 2025, 14:02

Kolom Bachtiar Aly: Dilema Energi Terbarukan dan Ketergantungan pada Energi Fosil

Kolom Bachtiar Aly: Dilema Energi Terbarukan dan Ketergantungan pada Energi Fosil Jakarta, 19 Juni 2025 - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya transisi menuju energi terbarukan. Di tengah...

Kolom Bachtiar Aly: Dilema Energi Terbarukan dan Ketergantungan pada Energi Fosil

Jakarta, 19 Juni 2025 - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya transisi menuju energi terbarukan. Di tengah komitmen global untuk mengurangi emisi karbon, negara ini masih sangat bergantung pada energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya. Kolomnis Bachtiar Aly dalam tulisannya terbarunya mengulas dilema ini, menyoroti kompleksitas permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam menyeimbangkan kebutuhan energi dengan keberlanjutan lingkungan.

Aly memulai tulisannya dengan menggambarkan urgensi transisi energi di tengah ancaman perubahan iklim. Ia menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan populasi besar, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem. Oleh karena itu, peralihan ke energi terbarukan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

Namun, Aly juga mengakui bahwa transisi energi bukanlah perkara mudah. Indonesia memiliki cadangan energi fosil yang signifikan, seperti batu bara dan gas alam, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian. Mengurangi ketergantungan pada sumber energi ini secara drastis dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan menyebabkan gejolak sosial.

"Pemerintah berada dalam posisi sulit," tulis Aly. "Di satu sisi, kita harus mengurangi emisi karbon untuk melindungi lingkungan. Di sisi lain, kita harus menjaga pertumbuhan ekonomi dan menyediakan energi yang terjangkau bagi masyarakat."

Aly kemudian membahas berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan. Salah satunya adalah biaya investasi yang tinggi. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), tenaga angin, dan energi terbarukan lainnya memerlukan investasi awal yang besar, yang mungkin sulit dipenuhi oleh negara berkembang seperti Indonesia.

Selain itu, Aly juga menyoroti masalah infrastruktur. Jaringan listrik di Indonesia belum sepenuhnya siap untuk mengakomodasi energi terbarukan yang bersifat intermiten, seperti tenaga surya dan angin. Diperlukan investasi besar dalam modernisasi jaringan listrik agar energi terbarukan dapat didistribusikan secara efisien dan andal.

"Kita perlu membangun infrastruktur yang cerdas dan fleksibel," kata Aly. "Jaringan listrik harus mampu mengelola fluktuasi produksi energi terbarukan dan memastikan pasokan listrik tetap stabil."

Aly juga menyoroti pentingnya dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah. Insentif fiskal, regulasi yang jelas, dan komitmen jangka panjang diperlukan untuk mendorong investasi swasta dalam energi terbarukan. Pemerintah juga perlu memfasilitasi transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan.

"Kebijakan pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang menarik bagi sektor swasta," tegas Aly. "Kita perlu memberikan kepastian hukum dan insentif yang memadai agar investor tertarik untuk berinvestasi dalam energi terbarukan."

Di bagian akhir tulisannya, Aly menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi dilema energi terbarukan dan ketergantungan pada energi fosil. Pertama, ia menekankan pentingnya diversifikasi sumber energi. Indonesia tidak boleh hanya bergantung pada satu atau dua jenis energi terbarukan, tetapi harus mengembangkan berbagai sumber energi yang sesuai dengan kondisi geografis dan sumber daya alamnya.

Kedua, Aly menyarankan agar pemerintah mengembangkan strategi transisi energi yang bertahap dan terukur. Pengurangan ketergantungan pada energi fosil harus dilakukan secara bertahap, dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial. Pemerintah juga perlu memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terdampak oleh transisi energi, seperti pekerja di sektor pertambangan batu bara.

Ketiga, Aly menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat energi terbarukan. Masyarakat perlu memahami bahwa transisi energi adalah investasi jangka panjang untuk masa depan yang lebih baik. Pemerintah dan media massa perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan.

"Transisi energi adalah tanggung jawab kita bersama," pungkas Aly. "Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan sistem energi yang bersih, berkelanjutan, dan terjangkau bagi semua."

Tulisan Bachtiar Aly ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia dalam transisi menuju energi terbarukan. Dengan kebijakan yang tepat dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan membangun masa depan energi yang lebih berkelanjutan.

Sumber: republika.co.id