Kasus Stunting di NTT Menurun Berkat Program Pemberian Makanan Tambahan dan Edukasi Gizi
Kasus Stunting di NTT Menurun Berkat Program Pemberian Makanan Tambahan dan Edukasi Gizi KUPANG, NTT – Angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan berkat...
Kasus Stunting di NTT Menurun Berkat Program Pemberian Makanan Tambahan dan Edukasi Gizi
KUPANG, NTT – Angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan berkat implementasi program pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi dan edukasi gizi yang intensif kepada ibu hamil dan balita. Program ini difokuskan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi kronis yang menjadi penyebab utama stunting di wilayah tersebut.
Stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam 1000 hari pertama kehidupan, menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan pusat. NTT, sebagai salah satu provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia, terus berupaya menekan angka tersebut melalui berbagai intervensi.
"Pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi adalah dua pilar utama dalam strategi kami mengatasi stunting di NTT," ujar seorang petugas kesehatan yang terlibat dalam program tersebut. "Kami memberikan makanan tambahan yang kaya nutrisi kepada ibu hamil dan balita, serta memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, praktik pemberian makan yang baik, dan sanitasi yang bersih."
Program PMT menyasar ibu hamil, terutama pada trimester pertama dan kedua, serta balita usia 6-24 bulan. Makanan tambahan yang diberikan diformulasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka, seperti protein, vitamin, dan mineral penting lainnya. Selain itu, petugas kesehatan juga memberikan edukasi kepada ibu-ibu tentang cara mengolah makanan yang bergizi dan memastikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Edukasi gizi juga diberikan melalui berbagai media, seperti penyuluhan kelompok, kunjungan rumah, dan media sosial. Materi edukasi mencakup informasi tentang pentingnya ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi, makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat, dan pentingnya imunisasi.
Selain program PMT dan edukasi gizi, pemerintah daerah juga berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. Air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan infeksi dan penyakit yang dapat memperburuk kondisi gizi anak-anak.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil, untuk memastikan program ini berjalan efektif dan berkelanjutan," kata seorang pejabat pemerintah daerah. "Kami juga terus melakukan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan program ini memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan angka stunting di NTT."
Meskipun angka stunting di NTT menunjukkan penurunan, tantangan masih tetap ada. Masih banyak keluarga yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan mengakses makanan yang bergizi. Selain itu, masih ada praktik-praktik budaya yang kurang mendukung gizi anak, seperti pemberian makanan yang tidak tepat pada bayi.
"Kami menyadari bahwa mengatasi stunting membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan komprehensif," kata seorang tokoh masyarakat. "Kami berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menciptakan generasi NTT yang sehat dan cerdas."
Pemerintah daerah NTT berkomitmen untuk terus meningkatkan program-program intervensi gizi dan kesehatan untuk mengatasi stunting. Selain itu, pemerintah juga akan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberdayakan keluarga agar mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka.
Dengan upaya yang berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak, diharapkan angka stunting di NTT dapat terus menurun dan generasi NTT dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Sumber: nasional.tempo.co