Opini & Editorial 19 Jun 2025, 06:40

Implikasi Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Nasional: Perspektif Akademisi (Kolom Opini oleh Prof. Dr. Surya Dharma)

Implikasi Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Nasional: Perspektif Akademisi JAKARTA, [Tanggal Hari Ini] - Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional Indonesia. Prof....

Implikasi Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Nasional: Perspektif Akademisi

JAKARTA, [Tanggal Hari Ini] - Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional Indonesia. Prof. Dr. Surya Dharma, seorang akademisi terkemuka di bidang pertanian, dalam kolom opini terbarunya menyoroti dampak signifikan perubahan iklim dan menawarkan solusi adaptasi serta mitigasi yang perlu segera diimplementasikan.

Dalam tulisannya, Prof. Surya Dharma menggarisbawahi bahwa pola cuaca ekstrem, seperti kekeringan panjang dan banjir yang semakin sering terjadi, mengganggu siklus pertanian dan menurunkan produktivitas tanaman pangan utama. Hal ini, menurutnya, dapat memicu krisis pangan dan meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap kekurangan gizi.

"Perubahan iklim bukan lagi isu lingkungan semata, tetapi telah menjadi ancaman nyata bagi ketahanan pangan kita. Kita harus bertindak cepat dan terkoordinasi untuk mengatasi tantangan ini," tulis Prof. Surya Dharma.

Tantangan dan Dampak Nyata

Prof. Surya Dharma menjelaskan bahwa sektor pertanian di Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ketergantungan yang tinggi pada curah hujan dan sistem irigasi yang belum optimal memperburuk situasi. Perubahan suhu dan kelembaban juga memengaruhi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit.

Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, menurut Prof. Surya Dharma, sangat luas. Selain penurunan produksi pangan, perubahan iklim juga dapat menyebabkan:

  • Kenaikan harga pangan: Kelangkaan pasokan akibat gagal panen dapat memicu inflasi pangan, membebani masyarakat berpenghasilan rendah.
  • Peningkatan impor pangan: Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah mungkin terpaksa meningkatkan impor pangan, yang dapat mengancam kemandirian pangan.
  • Konflik sumber daya: Persaingan atas air dan lahan yang semakin terbatas dapat memicu konflik antar petani dan masyarakat.
  • Migrasi: Masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada pertanian mungkin terpaksa bermigrasi ke daerah lain untuk mencari sumber penghidupan baru.

Solusi Adaptasi dan Mitigasi

Menghadapi tantangan ini, Prof. Surya Dharma menekankan pentingnya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di sektor pertanian. Adaptasi berarti menyesuaikan praktik pertanian dengan kondisi iklim yang berubah, sedangkan mitigasi berarti mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.

Beberapa solusi adaptasi yang diusulkan oleh Prof. Surya Dharma antara lain:

  • Pengembangan teknologi pertanian tahan iklim: Penelitian dan pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, banjir, dan hama penyakit perlu dipercepat.
  • Diversifikasi sumber pangan: Mengurangi ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan utama dengan mengembangkan sumber pangan alternatif, seperti umbi-umbian, jagung, dan sorgum.
  • Pengelolaan air yang efisien: Membangun dan memperbaiki sistem irigasi, menerapkan teknik konservasi air, dan memanfaatkan air hujan secara optimal.
  • Asuransi pertanian: Memberikan perlindungan finansial kepada petani terhadap kerugian akibat gagal panen akibat perubahan iklim.

Sementara itu, solusi mitigasi yang diusulkan oleh Prof. Surya Dharma antara lain:

  • Penggunaan pupuk organik: Mengurangi penggunaan pupuk kimia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
  • Pengelolaan lahan berkelanjutan: Mencegah deforestasi dan degradasi lahan pertanian.
  • Pengembangan energi terbarukan: Mengurangi penggunaan energi fosil dalam kegiatan pertanian.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Prof. Surya Dharma menekankan bahwa upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di sektor pertanian memerlukan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat.

Pemerintah, menurutnya, memiliki peran kunci dalam menyediakan kebijakan yang mendukung, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta penyediaan infrastruktur yang memadai. Sektor swasta dapat berkontribusi melalui pengembangan teknologi dan inovasi, sedangkan masyarakat dapat berperan aktif dalam menerapkan praktik pertanian berkelanjutan.

"Ketahanan pangan adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan kerjasama dan komitmen yang kuat, kita dapat mengatasi ancaman perubahan iklim dan mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan," pungkas Prof. Surya Dharma.

Artikel opini ini diharapkan dapat menjadi pemicu diskusi dan tindakan nyata untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. Kebijakan yang tepat dan implementasi yang efektif akan menjadi kunci untuk melindungi sektor pertanian dan memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber: liputan6.com