Internasional 20 Jun 2025, 16:58

Hari Pengungsi Sedunia 2025, Ini Sejarah, Makna hingga Tujuan Peringatannya

Hari Pengungsi Sedunia 2025: Mengenang Sejarah, Memahami Makna, dan Menegaskan Tujuan Peringatan JAKARTA, JURNAS.COM - Setiap tanggal 20 Juni, dunia memperingati Hari Pengungsi Sedunia atau World Refu...

Hari Pengungsi Sedunia 2025: Mengenang Sejarah, Memahami Makna, dan Menegaskan Tujuan Peringatan

JAKARTA, JURNAS.COM - Setiap tanggal 20 Juni, dunia memperingati Hari Pengungsi Sedunia atau World Refugee Day. Peringatan ini menjadi momen untuk menghormati jutaan orang yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka akibat berbagai faktor. Ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2000, Hari Pengungsi Sedunia pertama kali dirayakan secara global pada 20 Juni 2001, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi.

Sejarah dan Latar Belakang

Sebelum menjadi peringatan internasional, tanggal 20 Juni awalnya diperingati sebagai Hari Pengungsi Afrika. Namun, dengan semakin meningkatnya jumlah pengungsi di seluruh dunia, PBB menetapkan hari tersebut sebagai Hari Pengungsi Sedunia. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kesadaran global tentang situasi pengungsi dan menumbuhkan empati terhadap mereka yang kehilangan tempat tinggal.

Tema dan Makna Peringatan 2025

Pada tahun 2025, Hari Pengungsi Sedunia mengusung tema "Solidarity with Refugees" atau Solidaritas dengan Pengungsi. Tema ini mengajak seluruh dunia untuk tidak hanya menyampaikan kata-kata dukungan, tetapi juga mengambil tindakan nyata. Solidaritas diartikan sebagai upaya konkret untuk memastikan para pengungsi tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk hidup layak.

Definisi dan Realitas Pengungsi

Menurut definisi UNHCR, pengungsi adalah individu yang terpaksa melarikan diri dari negara asalnya karena adanya ancaman serius terhadap keselamatan atau kebebasan mereka. Ancaman ini bisa berupa perang, kekerasan, penganiayaan, atau bencana alam. Namun, tidak semua orang yang mengungsi langsung diakui sebagai pengungsi secara hukum. Terdapat pula kategori pencari suaka, pengungsi internal, orang tanpa kewarganegaraan, dan mereka yang kembali dari pengungsian dan masih membutuhkan bantuan.

Data dari UNHCR menunjukkan bahwa setiap menit, rata-rata 20 orang di seluruh dunia meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Angka pengungsi global saat ini mencapai rekor tertinggi, dengan lebih dari 120 juta jiwa. Ironisnya, banyak dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsian yang tidak layak dan penuh dengan keterbatasan, menghadapi tantangan sehari-hari seperti akses terbatas terhadap air bersih, layanan kesehatan, dan pendidikan. Proses penempatan di negara baru pun seringkali terhambat oleh birokrasi yang panjang dan tidak pasti, menyebabkan para pengungsi hidup dalam ketidakpastian selama bertahun-tahun.

Perlindungan Hukum dan Dukungan untuk Pengungsi

Melalui Hari Pengungsi Sedunia, PBB menekankan bahwa para pengungsi tidak hanya membutuhkan perlindungan hukum, tetapi juga dukungan untuk dapat berkembang. Konvensi 1951 menjadi landasan utama dalam menjamin hak-hak dasar mereka, seperti tempat tinggal, pendidikan, dan kebebasan bergerak. Prinsip utama dari konvensi ini adalah non-refoulement, yaitu larangan mengembalikan pengungsi ke tempat yang membahayakan hidup mereka. Perlindungan ini merupakan hak dasar yang tidak dapat dikurangi dalam kondisi apa pun.

Namun, seiring berjalannya waktu, kebutuhan pengungsi semakin kompleks karena masa pengungsian yang semakin panjang. Oleh karena itu, negara tuan rumah didorong untuk memberikan perlakuan yang manusiawi dan kesempatan yang setara bagi para pengungsi.

Aktivitas Peringatan dan Tujuan Global

Setiap tanggal 20 Juni, berbagai kegiatan diselenggarakan di berbagai negara untuk memperingati Hari Pengungsi Sedunia. Acara-acara ini melibatkan pengungsi, komunitas lokal, pemerintah, dan tokoh publik. Kegiatan yang dilakukan bisa berupa pameran seni, pertunjukan budaya, diskusi publik, hingga kampanye digital yang bertujuan untuk membawa suara pengungsi ke ruang publik. Tujuannya tidak hanya untuk mengedukasi, tetapi juga untuk mendorong tindakan nyata dari masyarakat global.

Kesimpulan: Membangun Dunia yang Inklusif

Hari Pengungsi Sedunia bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ajakan untuk bersama-sama membangun dunia yang inklusif. Dunia di mana mereka yang kehilangan rumah masih memiliki harapan dan masa depan. Pengungsi tidak mencari belas kasihan, tetapi kesempatan untuk membangun kembali hidup mereka. Ketika masyarakat membuka pintu dan memberikan ruang, mereka dapat berkontribusi, memperkaya komunitas, dan menjadi bagian dari solusi.

Dengan memperingati Hari Pengungsi Sedunia, kita diingatkan bahwa di tengah berbagai krisis, kemanusiaan harus tetap menjadi prioritas. Setiap orang berhak merasa aman, dihormati, dan memiliki tempat untuk pulang.

Sumber: jurnas.com