Hari Bidan Nasional 24 Juni, Ini Kilas Baliknya
Hari Bidan Nasional 24 Juni, Ini Kilas Baliknya JAKARTA, TEMPO.CO - Setiap tanggal 24 Juni, Indonesia memperingati Hari Bidan Nasional. Peringatan ini bukan hanya sekadar seremoni, melainkan juga mome...
Hari Bidan Nasional 24 Juni, Ini Kilas Baliknya
JAKARTA, TEMPO.CO - Setiap tanggal 24 Juni, Indonesia memperingati Hari Bidan Nasional. Peringatan ini bukan hanya sekadar seremoni, melainkan juga momen untuk menghargai perjuangan dan pengabdian para bidan di seluruh Indonesia yang telah membantu ibu melahirkan buah hati ke dunia. Hari ini juga menjadi penyemangat bagi para bidan dalam menjalankan tugas mulia sebagai "Pahlawan" bagi ibu-ibu di Indonesia.
Lahirnya Hari Bidan Nasional memiliki akar sejarah yang kuat. Mengutip dari rsisurabaya.com, cikal bakal peringatan ini bermula dari Konferensi Bidan Pertama yang diadakan di Jakarta pada tanggal 24 Juni 1951. Konferensi ini diinisiasi oleh para bidan senior yang berdomisili di Jakarta.
Saat itu, seluruh anggota Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). KOWANI memiliki misi luhur, yaitu meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Semangat inilah yang kemudian mendorong pembentukan IBI sebagai wadah bagi para bidan untuk bersatu dan berkontribusi lebih besar bagi kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Dalam konferensi pertama tersebut, dirumuskan tujuan utama IBI, yaitu:
- Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan.
- Membina pengetahuan dan keterampilan anggota profesi kebidanan.
- Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional.
- Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
IBI sendiri mendefinisikan bidan sebagai seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia. Bidan merupakan tenaga medis profesional yang bekerja untuk memberikan dukungan, asuhan, dan nasihat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
Peran bidan sangat krusial dalam sistem kesehatan di Indonesia. Mereka tidak hanya membantu proses persalinan, tetapi juga memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, memberikan pelayanan antenatal (pemeriksaan kehamilan), serta memberikan perawatan pasca persalinan. Bidan juga berperan penting dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan imunisasi.
Pengakuan terhadap IBI sebagai organisasi yang sah semakin kuat pada 15 Oktober 1954. Saat itu, IBI diakui secara sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam Lembaga Negara nomor: J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri). Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1956, IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives).
Selain sebagai organisasi profesi, IBI juga terdaftar sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal ini menunjukkan komitmen IBI untuk tidak hanya fokus pada peningkatan kualitas profesi bidan, tetapi juga berkontribusi secara aktif dalam pembangunan masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak.
Hari Bidan Nasional menjadi momentum penting untuk merefleksikan peran strategis bidan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tantangan yang dihadapi bidan di Indonesia sangat beragam, mulai dari keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan di daerah terpencil, hingga kurangnya sumber daya dan dukungan yang memadai.
Meskipun demikian, para bidan di Indonesia terus berjuang dengan penuh dedikasi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Mereka adalah garda terdepan dalam menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, serta memberikan harapan bagi masa depan generasi penerus bangsa.
Peringatan Hari Bidan Nasional juga menjadi kesempatan untuk memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh bidan di Indonesia atas pengabdian dan dedikasi mereka. Semoga semangat perjuangan para bidan terus berkobar dan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Sumber: tempo.co