Opini & Editorial 23 Jun 2025, 08:00

Editorial: Urgensi Revisi UU ITE di Era Disinformasi

Isu 'Penjajahan' Turis Asing di Bali Mencuat, Pengusaha Lokal Keluhkan Persaingan Tidak Sehat Canggu, Bali - Isu mengenai "penjajahan" oleh turis asing di Bali kembali mencuat, dengan keluha...

Isu 'Penjajahan' Turis Asing di Bali Mencuat, Pengusaha Lokal Keluhkan Persaingan Tidak Sehat

Canggu, Bali - Isu mengenai "penjajahan" oleh turis asing di Bali kembali mencuat, dengan keluhan dari pengusaha lokal mengenai praktik bisnis yang dianggap tidak adil. Wanda Ponika, seorang tokoh publik, sebelumnya menyoroti fenomena Warga Negara Asing (WNA) yang menjalankan bisnis dengan visa turis sebagai "penjajahan ekonomi". Kini, keluhan serupa datang dari pengusaha lokal di kawasan Canggu, yang merasakan dampak langsung dari persaingan yang semakin ketat.

Yoga Antara, seorang pengusaha persewaan motor di Canggu, mengungkapkan bahwa semakin banyak turis asing yang membuka usaha serupa dengan menyasar sesama wisatawan. "Apa yang terjadi di Canggu ini, yang saya lihat banyak usaha-usaha kecil dari warga negara lain. Seperti tamu Rusia dan Ukraina datang ke sini dan mengikuti bisnis seperti warga lokal," ujar Yoga kepada detikTravel, Kamis (6/6/2024).

Yoga menjelaskan bahwa masalah utama yang memungkinkan turis asing membuka usaha di Bali adalah lemahnya pengawasan dan perizinan. Menurutnya, setiap usaha yang dijalankan harus memiliki izin yang jelas dan diawasi secara ketat oleh pemerintah. "Turis mudah mengikuti bisnis warlok ini ada dua penyebab. Pertama, karena izin dan kedua karena kurangnya pengawasan dari pemerintah. Apapun usaha yang dibangun dan dibuat, untuk mengawali itu wajib punya izin usaha dan diawasi dengan ketat," tegasnya.

Ia menambahkan, pembiaran terhadap usaha-usaha ilegal ini menyebabkan turis asing dengan mudah membentuk usaha di Bali dan menggerus perekonomian warga lokal. Saat ini, turis asing mulai merambah ke bisnis penyewaan villa dan sepeda motor, menawarkan paket-paket menarik kepada sesama turis dengan harga yang jauh lebih murah.

"Turis bisa mengontrak sebuah villa sekaligus dengan paket sepeda motor. Ini akan dipasarkan dengan harga yang lebih murah hingga 50% dan ini tidak sesuai dengan kesepakatan kita di sini," ungkap Yoga. Praktik ini menciptakan persaingan yang tidak sehat, karena pengusaha lokal kesulitan untuk bersaing dengan harga yang ditawarkan oleh turis asing.

"Apalagi ditawarkan ke sesama turis karena mereka ada komunitas. Jadi persaingannya tidak adil, karena harga kita dinilai terlalu tinggi," imbuhnya. Hal ini berdampak langsung pada penurunan pendapatan pengusaha lokal, termasuk Yoga sendiri.

"Kita kalah di sistem dan menyebabkan konsumen yang menyewa di sini juga sudah mulai berkurang. Jadi kita rugi, makanya usaha kita mulai tergerus. Ini kenyataan," keluhnya.

Menghadapi situasi ini, Yoga berharap pemerintah dapat memperketat pengawasan terhadap izin usaha di daerah Canggu dan sekitarnya. Ia juga menekankan pentingnya monitoring yang berkala agar usaha-usaha ilegal dapat ditindak dengan tegas.

"Harapannya, pemerintah bisa memonitoring usaha-usaha kecil di daerah Canggu ataupun daerah lainnya. Izin usaha juga diperketat dan dicek secara berkala agar tak mematikan usaha warga lokal," harapnya.

Sebelumnya, mahasiswa Universitas Udayana juga menyoroti fenomena serupa, di mana turis asing yang datang ke Bali membuka usaha yang sama dengan warga lokal, mulai dari persewaan motor, fotografer, tour guide, hingga guru tari dan yoga.

Isu ini menjadi perhatian serius karena berpotensi merugikan perekonomian lokal dan menciptakan ketidakadilan bagi pengusaha Bali. Diperlukan tindakan tegas dari pemerintah untuk menertibkan usaha-usaha ilegal yang dijalankan oleh turis asing dan memastikan persaingan yang sehat bagi semua pelaku usaha di Pulau Dewata. Pengawasan yang ketat terhadap perizinan dan penegakan hukum yang adil diharapkan dapat melindungi kepentingan warga lokal dan menjaga keberlangsungan pariwisata Bali yang berkelanjutan.

Sumber: news.detik.com