Editorial Republika: Tantangan Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim
Editorial Republika: Tantangan Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim JAKARTA – Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Editorial Republika hari ini, Selasa (10/6/20...
Editorial Republika: Tantangan Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim
JAKARTA – Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Editorial Republika hari ini, Selasa (10/6/2025), menyoroti perlunya inovasi teknologi pertanian dan diversifikasi pangan sebagai solusi mendesak untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan di Indonesia.
Perubahan iklim, dengan segala konsekuensi seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan kejadian ekstrem cuaca, telah mengganggu siklus pertanian. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman pangan, gagal panen, dan ketidakstabilan pasokan pangan. Kondisi ini diperparah dengan ketergantungan pada jenis tanaman pangan tertentu, sehingga rentan terhadap guncangan akibat perubahan iklim.
Republika menekankan pentingnya adopsi teknologi pertanian modern yang adaptif terhadap perubahan iklim. Teknologi seperti sistem irigasi efisien, varietas tanaman tahan kekeringan dan hama, serta penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, pemanfaatan data dan informasi iklim dalam perencanaan pertanian juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko kerugian akibat perubahan cuaca ekstrem.
Diversifikasi pangan menjadi solusi lain yang mendesak. Indonesia memiliki potensi sumber pangan beragam selain padi, seperti jagung, umbi-umbian, sagu, dan berbagai jenis buah serta sayuran lokal. Mendorong konsumsi pangan yang lebih beragam tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan gizi masyarakat dan mendukung petani lokal.
Pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong inovasi teknologi pertanian dan diversifikasi pangan. Dukungan riset dan pengembangan teknologi pertanian, penyediaan bibit unggul adaptif iklim, serta insentif bagi petani yang mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan perlu ditingkatkan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan dan konsumsi produk lokal.
Selain upaya pemerintah, peran serta aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan. Masyarakat dapat berkontribusi dengan mendukung petani lokal, mengonsumsi pangan yang beragam, dan mengurangi pemborosan pangan. Gaya hidup berkelanjutan dan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan juga menjadi bagian dari solusi jangka panjang untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim.
Beberapa waktu lalu, musisi Inggris merekam suara perubahan iklim di Kutub Utara, menjadi pengingat betapa seriusnya dampak perubahan iklim terhadap bumi. Selain itu, Indonesia juga mendapatkan pendanaan untuk konservasi hutan dan satwa, menunjukkan adanya pengakuan internasional terhadap upaya Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Wapres Gibran Rakabuming Raka juga sempat menyinggung tentang ekonomi syariah sebagai kunci Indonesia menjadi negara maju. Hal ini relevan dalam konteks ketahanan pangan karena prinsip-prinsip ekonomi syariah dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pertanian secara berkelanjutan.
Tantangan perubahan iklim terhadap ketahanan pangan memang tidak mudah, tetapi dengan inovasi teknologi pertanian, diversifikasi pangan, dan kerjasama semua pihak, Indonesia dapat mengatasi ancaman ini dan mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Republika menyerukan kepada semua pihak, baik pemerintah, pelaku usaha, petani, maupun masyarakat, untuk bersama-sama mengambil langkah konkret dalam menghadapi tantangan perubahan iklim demi mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sumber: news.republika.co.id