Editorial Republika: Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Solusi
Editorial Republika: Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Solusi JAKARTA – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, pendidikan karakter menjadi semakin krusial. Era digital mena...
Editorial Republika: Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Solusi
JAKARTA – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, pendidikan karakter menjadi semakin krusial. Era digital menawarkan berbagai kemudahan dan peluang, namun juga menghadirkan tantangan baru bagi pembentukan moral dan etika generasi muda. Bagaimana seharusnya pendidikan karakter diintegrasikan dalam era digital ini? Republika mencoba mengulasnya dalam editorial berikut.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah cara kita berinteraksi, belajar, dan bekerja. Generasi muda, yang tumbuh besar di era digital, terpapar pada informasi yang tak terbatas dan beragam, seringkali tanpa filter yang memadai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang nilai-nilai moral dan etika yang mereka serap.
"Pendidikan karakter di era digital bukan hanya tentang mengajarkan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai luhur yang relevan dengan tantangan zaman," ujar seorang pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd., baru-baru ini.
Tantangan utama dalam pendidikan karakter di era digital adalah bagaimana menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab. Media sosial, misalnya, memberikan platform bagi setiap orang untuk menyuarakan pendapatnya, tetapi juga rentan terhadap penyebaran ujaran kebencian, berita palsu (hoaks), dan konten negatif lainnya.
Untuk mengatasi tantangan ini, pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam kurikulum sekolah dan keluarga. Sekolah perlu mengembangkan program-program yang mengajarkan literasi digital, berpikir kritis, dan etika bermedia sosial. Orang tua juga memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
"Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga tentang kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis," jelas Prof. Dedi.
Selain itu, pendidikan karakter di era digital juga harus menekankan pada pengembangan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, empati, dan toleransi. Nilai-nilai ini penting untuk membangun masyarakat digital yang beradab dan harmonis.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan karakter di era digital. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang mendorong pengembangan konten positif dan edukatif di media digital, serta memberikan perlindungan kepada anak-anak dari konten negatif.
Salah satu contoh konkret adalah program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat Indonesia, termasuk literasi digital.
"GLN merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membekali masyarakat dengan kemampuan berpikir kritis dan menggunakan informasi secara bertanggung jawab," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
Namun, upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Pendidikan karakter di era digital membutuhkan kolaborasi antara sekolah, keluarga, pemerintah, dan masyarakat sipil.
Selain itu, pendidikan karakter juga harus relevan dengan perkembangan zaman. Kurikulum dan metode pembelajaran harus terus diperbarui agar sesuai dengan kebutuhan dan minat generasi muda. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat menjadi salah satu solusi untuk membuat pendidikan karakter lebih menarik dan efektif.
Misalnya, penggunaan game edukasi, animasi, dan video interaktif dapat membantu siswa memahami nilai-nilai moral dan etika dengan cara yang lebih menyenangkan. Selain itu, platform-platform media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan menginspirasi.
Pendidikan karakter di era digital adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan membekali generasi muda dengan kemampuan literasi digital, kita dapat menciptakan masyarakat digital yang beradab, harmonis, dan produktif. Ini adalah tugas kita bersama.
Sebagai penutup, pendidikan karakter di era digital bukanlah sekadar tren atau program sesaat. Ini adalah kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi agar generasi muda Indonesia dapat menghadapi tantangan global dengan percaya diri dan berintegritas. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik melalui pendidikan karakter yang relevan dengan era digital.
Sumber: news.republika.co.id