Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Kekhawatiran Inflasi Global
Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Kekhawatiran Inflasi Global Jakarta, Indonesia – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) pada level saat in...
Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Kekhawatiran Inflasi Global
Jakarta, Indonesia – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) pada level saat ini dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juni 2025. Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.
Keputusan BI ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri. Secara global, ketidakpastian ekonomi masih tinggi, terutama terkait dengan konflik geopolitik yang dapat mengganggu rantai pasokan dan mendorong kenaikan harga energi dan komoditas. Hal ini berpotensi meningkatkan tekanan inflasi global.
Di dalam negeri, BI terus memantau perkembangan inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Meskipun inflasi domestik masih terkendali, BI tetap waspada terhadap potensi dampak rambatan dari inflasi global.
"Keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan ini merupakan langkah yang hati-hati dan terukur," ujar seorang sumber internal BI yang enggan disebutkan namanya. "Kami ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik sambil tetap menjaga stabilitas harga."
Keputusan BI ini sejalan dengan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral di negara lain yang juga menghadapi tantangan inflasi global. Beberapa bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi, sementara yang lain memilih untuk mempertahankan suku bunga sambil terus memantau perkembangan ekonomi.
Dampak Terhadap Ekonomi
Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diperkirakan akan memiliki dampak yang beragam terhadap perekonomian Indonesia. Di satu sisi, suku bunga yang stabil dapat memberikan kepastian bagi pelaku usaha dan mendorong investasi. Di sisi lain, suku bunga yang tidak naik dapat memicu kekhawatiran terhadap inflasi, terutama jika harga energi dan komoditas global terus meningkat.
Para ekonom memperkirakan bahwa BI akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik dengan seksama. Jika tekanan inflasi meningkat, BI mungkin akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan RDG berikutnya.
"BI memiliki ruang untuk menyesuaikan kebijakan moneternya jika diperlukan," kata seorang analis ekonomi dari sebuah bank swasta. "Namun, BI juga perlu mempertimbangkan dampak dari kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi."
Fokus pada Stabilitas Nilai Tukar
Selain inflasi, BI juga terus berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS telah mengalami fluktuasi dalam beberapa bulan terakhir akibat ketidakpastian global.
BI telah melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. BI juga terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi.
Tantangan ke Depan
Ekonomi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan ke depan. Selain inflasi global dan ketidakpastian geopolitik, Indonesia juga perlu mewaspadai dampak dari normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju.
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju dapat memicu arus modal keluar dari Indonesia dan menekan nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu, BI perlu terus menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.
Kesimpulan
Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan mencerminkan upaya untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Di tengah ketidakpastian global, BI perlu terus memantau perkembangan ekonomi dan siap untuk menyesuaikan kebijakan moneternya jika diperlukan. Stabilitas nilai tukar Rupiah juga menjadi perhatian utama BI dalam menghadapi tantangan global.
Sumber: bisnis.tempo.co