Opini & Editorial 16 Jun 2025, 16:16

Analisis Tempo: Dilema Kebijakan Energi Terbarukan: Antara Ambisi dan Realitas

Analisis Tempo: Dilema Kebijakan Energi Terbarukan: Antara Ambisi dan Realitas JAKARTA, Indonesia – Di tengah urgensi global untuk mengatasi perubahan iklim, Indonesia memiliki ambisi besar dalam meng...

Analisis Tempo: Dilema Kebijakan Energi Terbarukan: Antara Ambisi dan Realitas

JAKARTA, Indonesia – Di tengah urgensi global untuk mengatasi perubahan iklim, Indonesia memiliki ambisi besar dalam mengembangkan energi terbarukan (EBT). Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa implementasi kebijakan EBT di Indonesia menghadapi berbagai tantangan kompleks. Tempo, dalam analisis mendalamnya, menyoroti kesenjangan antara target ambisius pemerintah dan kendala-kendala yang menghambat kemajuan sektor ini.

Kendala Pendanaan dan Infrastruktur

Salah satu tantangan utama dalam pengembangan EBT adalah masalah pendanaan. Investasi besar diperlukan untuk membangun infrastruktur EBT, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun, akses terhadap pendanaan seringkali menjadi kendala bagi pengembang proyek EBT, terutama bagi pengembang lokal.

Selain pendanaan, ketersediaan infrastruktur yang memadai juga menjadi tantangan serius. Jaringan transmisi listrik yang ada belum mampu mengakomodasi pasokan listrik dari sumber-sumber EBT yang tersebar di berbagai wilayah. Hal ini menyebabkan pemborosan energi dan menghambat pengembangan proyek EBT di daerah-daerah terpencil.

Regulasi yang Belum Optimal

Regulasi yang jelas dan mendukung sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan EBT. Namun, regulasi EBT di Indonesia masih belum optimal. Ketidakpastian hukum dan birokrasi yang berbelit-belit seringkali menghambat investasi di sektor ini.

Tempo menyoroti bahwa perubahan regulasi yang terlalu sering juga menjadi masalah. Investor membutuhkan kepastian hukum untuk berinvestasi dalam proyek-proyek EBT yang berjangka panjang. Perubahan regulasi yang tiba-tiba dapat membuat investor ragu dan menunda investasi mereka.

Intrik Politik dan Kepentingan Sesaat

Selain kendala teknis dan ekonomi, pengembangan EBT di Indonesia juga diwarnai oleh intrik politik dan kepentingan sesaat. Tempo mengungkapkan adanya praktik-praktik yang menghambat pengembangan EBT, seperti penundaan perizinan, manipulasi tender, dan konflik kepentingan.

Intrik politik ini seringkali menghambat proyek-proyek EBT yang sebenarnya layak dan menguntungkan. Akibatnya, target pengembangan EBT yang ditetapkan pemerintah sulit tercapai.

Studi Kasus dan Dampak Nyata

Tempo menyajikan beberapa studi kasus yang menggambarkan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengembangan EBT di Indonesia. Salah satu studi kasus menyoroti proyek PLTS yang terhambat karena masalah pembebasan lahan. Studi kasus lainnya mengungkapkan adanya praktik korupsi dalam pengadaan peralatan PLTB.

Studi-studi kasus ini memberikan gambaran nyata tentang dampak dari kendala-kendala yang menghambat pengembangan EBT. Akibatnya, target pengembangan EBT yang ditetapkan pemerintah sulit tercapai, dan Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil yang merusak lingkungan.

Harapan dan Peluang

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pengembangan EBT di Indonesia juga memiliki harapan dan peluang. Potensi EBT di Indonesia sangat besar, terutama tenaga surya, angin, air, dan panas bumi.

Tempo mencatat bahwa pemerintah telah mengambil beberapa langkah positif untuk mendorong pengembangan EBT, seperti memberikan insentif fiskal, menyederhanakan perizinan, dan meningkatkan investasi di sektor ini.

Namun, langkah-langkah ini perlu dipercepat dan diperluas untuk mencapai target pengembangan EBT yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, diperlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat pengembangan EBT.

Kesimpulan

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia menghadapi dilema antara ambisi dan realitas. Target ambisius pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan masih terhambat oleh berbagai kendala, termasuk pendanaan, infrastruktur, regulasi yang belum optimal, dan intrik politik.

Untuk mengatasi dilema ini, diperlukan langkah-langkah konkret dan terkoordinasi dari semua pihak. Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif, menyederhanakan perizinan, dan meningkatkan pengawasan terhadap proyek-proyek energi terbarukan. Sektor swasta perlu meningkatkan investasi di sektor ini dan mengembangkan teknologi energi terbarukan yang inovatif. Masyarakat perlu mendukung pengembangan energi terbarukan dengan menggunakan energi secara efisien dan memilih sumber energi yang ramah lingkungan. Hanya dengan kerja sama yang erat antara semua pihak, Indonesia dapat mencapai target pengembangan energi terbarukan dan berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Sumber: majalah.tempo.co