Opini & Editorial 18 Jun 2025, 05:37

Analisis Ekonomi Sri Mulyani: Dampak Kebijakan Moneter AS Terhadap Rupiah

Jakarta, Bisnis.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti potensi dampak kebijakan moneter Amerika Serikat, khususnya kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), terhadap nila...

Jakarta, Bisnis.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti potensi dampak kebijakan moneter Amerika Serikat, khususnya kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), terhadap nilai tukar Rupiah. Analisis ini disampaikan di tengah kekhawatiran global mengenai inflasi dan resesi ekonomi yang membayangi.

Sri Mulyani menekankan bahwa kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu arus modal keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang pada gilirannya dapat menekan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

"Kenaikan suku bunga acuan di AS akan membuat daya tarik investasi di aset Dolar AS meningkat. Ini bisa memicu investor untuk menarik dana mereka dari negara-negara berkembang dan menginvestasikannya di AS, sehingga menekan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut," ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya.

Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi. Salah satunya adalah dengan menjaga stabilitas makroekonomi melalui kebijakan fiskal yang hati-hati dan kebijakan moneter yang terkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI).

"Koordinasi antara pemerintah dan BI sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Pemerintah akan terus berupaya menjaga defisit anggaran tetap terkendali dan mendorong investasi langsung asing (FDI) untuk memperkuat cadangan devisa," jelas Sri Mulyani.

Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia. Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk ekspor menjadi fokus utama untuk mengurangi ketergantungan terhadap Dolar AS.

"Kami terus mendorong ekspor produk-produk yang memiliki nilai tambah tinggi dan mencari pasar-pasar ekspor baru untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar tradisional," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya menjaga kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan iklim investasi dan menarik investasi asing.

"Reformasi struktural terus kami lakukan untuk memperbaiki iklim investasi, meningkatkan efisiensi ekonomi, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global," tegas Sri Mulyani.

Meskipun demikian, Sri Mulyani mengakui bahwa tantangan ke depan tidaklah mudah. Ketidakpastian global dan volatilitas pasar keuangan akan terus menjadi faktor yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu, kewaspadaan dan koordinasi yang erat antar lembaga pemerintah menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

"Kita harus terus waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan. Koordinasi yang baik antar lembaga pemerintah dan dukungan dari seluruh masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global," pungkas Sri Mulyani.

Dengan langkah-langkah mitigasi yang telah disiapkan dan koordinasi yang erat antar lembaga pemerintah, Indonesia diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif dari kebijakan moneter AS dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Sumber: ekonomi.bisnis.com