5 Destinasi 'Staycation' Populer di Jakarta dan Sekitarnya untuk Liburan Sekolah 2025
Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club di Gunungkidul, WALHI Tetap Suarakan Penolakan Yogyakarta - Raffi Ahmad menyatakan menarik diri dari proyek pembangunan beach club di Gunungkidul, Yogyakarta,...
Raffi Ahmad Mundur dari Proyek Beach Club di Gunungkidul, WALHI Tetap Suarakan Penolakan
Yogyakarta - Raffi Ahmad menyatakan menarik diri dari proyek pembangunan beach club di Gunungkidul, Yogyakarta, yang menuai kontroversi. Namun, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta tetap menyuarakan penolakan, Rabu (12/6/2024), karena menganggap pengunduran diri Raffi Ahmad tidak menjamin proyek tersebut akan dibatalkan. Proyek ini berencana membangun beach club berisi 300 vila dan tiga restoran di Pantai Krakal, Gunungkidul. Penolakan muncul karena lokasi pembangunan berada di Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu, yang merupakan kawasan lindung geologi.
Penolakan terhadap proyek ini telah ramai disuarakan di media sosial, termasuk petisi di Change.org yang berjudul "Tolak Pembangunan Resort Raffi Ahmad di Gunungkidul!". Hingga Rabu (12/6/2024), petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 57 ribu orang.
Raffi Ahmad, dalam sebuah video, menyampaikan alasannya menarik diri dari proyek tersebut. "Saya sebagai warga negara Indonesia yang taat hukum, saya juga mengerti terdapat beberapa kekhawatiran masyarakat terkait proyek ini yang belum sejalan dengan peraturan yang berlaku," ujarnya.
Menanggapi pengunduran diri Raffi Ahmad, WALHI Yogyakarta menilai bahwa penolakan terhadap proyek tersebut harus tetap dilanjutkan dan diperluas. Menurut Advokasi WALHI Yogyakarta, Rizki Abiyoga, pembangunan beach club yang berisi 300 vila dan tiga restoran di Pantai Krakal jelas akan merusak ekosistem ekologis pada KBAK Gunung Sewu.
"Penolakan ini harus semakin diperluas dan harus menjangkau banyak orang, mengingat pembangunan Resort dan Beach Club Bekizart rencananya berisi 300 villa dan tiga restoran di Pantai Krakal jelas akan merusak ekosistem ekologis pada KBAK Gunung Sewu," ujar Rizki kepada detikTravel.
Rizki menjelaskan bahwa kawasan karst memiliki fungsi penting sebagai pengikat karbon dan memiliki sistem air yang dapat dimanfaatkan oleh warga Gunungkidul, terutama dalam menghadapi krisis air. Kapanewon Tanjungsari, tempat proyek tersebut direncanakan, merupakan wilayah yang rawan kekeringan.
"Oleh karena itu, gelombang perluasan penolakan harus terus digaungkan karena selain soal rusaknya ekosistem ekologis, keuntungan besar didapatkan oleh pebisnis yang telah merusak tersebut bukan khalayak luas," sambungnya.
WALHI berpendapat bahwa pengunduran diri Raffi Ahmad tidak menjamin proyek raksasa tersebut akan batal, karena proyek bisnis biasanya melibatkan banyak pihak. Rizki mengimbau masyarakat untuk terus menyuarakan penolakan terhadap wacana pembangunan yang berpotensi merusak lingkungan.
"Meskipun kabar terbaru Raffi Ahmad akan cabut dari proyek tersebut, tidak ada jaminan bahwa proyek pembangunan Resort dan Beach Club Bekizart akan dibatalkan. Sehingga gelombang penolakan harus terus dilancarkan dan wajib semakin membesar karena ekspansi yang merugikan seluruh masyarakat ini dapat melancarkan segala cara untuk melanggengkan kepentingan pembangunan proyek itu," terangnya.
Lebih lanjut, Rizki menambahkan, "Selain itu juga bahwa, ketika Raffi Ahmad mengundurkan diri, rekananan bisnisnya belum tentu juga mau untuk membatalkan."
Polemik proyek beach club di Gunungkidul ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Penolakan dari masyarakat dan organisasi lingkungan hidup menunjukkan kesadaran akan pentingnya menjaga kawasan karst sebagai aset alam yang berharga dan sumber kehidupan bagi masyarakat setempat. Meskipun Raffi Ahmad telah menyatakan pengunduran dirinya, WALHI dan pihak-pihak lain yang peduli lingkungan akan terus mengawasi perkembangan proyek ini dan mengupayakan perlindungan terhadap KBAK Gunung Sewu.
Sumber: travel.detik.com